Wednesday 29 February 2012

Cerita seru Berawal Dari Khayalan

Cerita ini di mulai waktu saya masih duduk di kelas 1 SMA di kota B. Usia saya sekarang 33 tahun, berarti kejadian ini terjadi 16 tahun yang lalu.Panggil saya Kadek, ketika itu saya mempunyai kelompok belajar yang selalu rutin belajar di salah satu rumah teman kami, Bima. Saya, Bima, Hendra, Julian dan Rizki setiap akan ulangan selalu belajar berkelompok sambil menginap, karena anak kelas satu masuk sekolah selalu pada siang hari.Teman saya, Bima, memang dari keluarga yang lebih dibanding teman-teman yang lain. Dia adalah anak bungsu dari 4 bersaudara (2 pria dan 2 wanita), dari ayah seorang pejabat Depkeu.(drs.E) dan Ibu dosen fakultas sastra di universitas negeri di kota B, yang biasa kami panggil Tante N. Otomatis kami selalu tidur, makan dan mandi di sana, malah kalau keluarga drs.E berpesiar, kami suka diajak.Bila Bima sedang di bawah (karena kamarnya memang di lantai 2), kami selalu membicarakan sangkakak no.3 yang bernama E. Hal-hal yang dibicarakan tidak lain adalah wajah yang good looking serta body yang aduhai disertai kulit putih mulus terawat. Tapi anehnya, saya kok lebih suka memperhatikan Tante N, yang diusia 42 tahun lebih menimbulkan hasrat serta fantasi-fantasi seksual yang membuat perasaan risih. Karena walau bagaimanapun Tante N adalah ibu kandung dari teman baikku. Jadi, saya hanya bisa berkhayal dan tidak berani cerita pada orang lain.Karena keluarga drs.E adalah pencinta sport, maka setiap weekend selalu diisi dengan kegiatan berolahraga, terutama olah raga tennis. Karena saya cukup mahir bermain tennis, saya selalu diajak untuk bermain tennis. Karena saya dianggap paling jago, maka saya sering berpasangan dengan Tante N apabila bermain double. Selain badan Tante N yang proporsional dengan tinggi badan sekitar 165 cm, pakaian tennis Tante N memang sexy dengan rok pendek serta atasan model tank top, pelukan-pelukan serta sentuhan, apabila kami memenangkan game membuat hati saya berdebar-debar dan hasrat seksual terhadap Tante N semakin menjadi-jadi. Malah, setiap selesai bermain tennis saya bermasturbasi dengan membayangkan wajah Tante N serta bersetubuh seperti film BF yang biasa saya tonton.Pada hari Sabtu di bulan Januari, karena saya tidak memiliki pacar, saya sering berkeliling kota dengan mobil ayah untuk menghabiskan malam panjang sendirian. Karena teman-teman belajar saya semua pada ngapel, termasuk Bima. “Ah Sial..” ketika baru saja lewat rumah keluarga drs.E, mobil terbatuk-batuk seperti habis BBM. Padahal hujan begitu lebat di luar dan SPBU terdekat kira-kira 2 km dari lokasi tempat mobil saya tepikan di bahu jalan. Akhirnya, saya memutuskan untuk meminjam telepon ke rumah Bima, untuk menelepon ayah atau siapa saja untuk membantu kesulitan gara-gara lalai terhadap yang namanya BBM.Ketika saya tiba di rumah Bima, sambil hujan-hujanan suasana rumah tampak sepi, tidak ada mobil atau pun suara televisi yang menandakan adanya kehidupan. Dengan hati lemas saya pijit bel rumah 2 kali, “Tingtong.. tingtong..” Tidak lama kemudian terdengar jawaban dari dalam rumah. “Siapa..?” Hati saya berdebar, karena saya sangat mengenal suara itu. Kemudian saya menjawab, “Kadek, Tante.. maaf malam-malam Tante. Saya mau pinjam telepon, mobil saya mogok, Tante.” Terdengar gerendel pintu berbunyi, dan ketika pintu terbuka tampak sebuah sosok yang sangat saya kenal, sosok yang selalu hadir disetiap fantasi seksual saya. “Aduh Kadek kenapa? kasian malam-malam gini hujan-hujanan, ayo cepat ke kamar Bima, kalo udah selesai ke ruang makan yach! Tante buatin minuman hangat.” Sambil mengeringkan badan dan mengganti baju, masih terbayang siluet badan Tante N ketika tadi membuka pintu, yang membayang dari gaun tidur yang tipis.Dalam hati saya bertanya, “Kok sepi sekali, yang lain pada ke mana yach.”Sambil menghirup coklat panas yang dihidangkan Tante N, akhirnya saya beranikan untuk bertanya.
“Tante, Oom, Bima dan yang lain pada ke mana? Keliatannya rumah kok sepi sekali.”
“Ini lho, adiknya Oom yang di J, sedang sakit, karena si Mbok juga lagi pulang, terpaksadech Tante jadi hansip dulu. Eh.. kamu jadi telepon nggak.”
“Eh iya Tante, kok jadi lupa nih.”
“Makanya, jangan suka ngelamun, dari tadi Tante perhatiin kamu kok bengong terus, ada apa sih?”
“Nggak ada apa-apa kok Tante!”Saya langsung bergegas ke ruang keluarga, dan segera telepon ke rumah. Saya coba berulangkali tetap telepon tidak bisa aktif. Tiba-tiba terdengar suara Tante N, “Bisa nggak Dek? Kalo hujan begini biasanya jaringan telepon di sini memang suka ngadat.”
“Udah deh, kamu tidur sini aja, Tante juga jadi ada yang nemenin.”
“Iya Tante.”
Setelah itu, saya dan Tante N segera beranjak untuk meneruskan obrolan di ruang keluarga. Sebelum saya sempat duduk di sofa, Tante N berkata, “Dek, tolong dong Tante ajarin lagu Turkish March-nya Bethoven, Tante masih kagok tuh perpindahan jari-jarinya.”
“Kapan Tante?”
“Ya sekarang dong! Kapan lagi coba kamu punya waktu untuk ngajarin Tante.”Kemudian kami menuju piano dan duduk sama-sama di kursi piano yang tidak terlalu lebar. Karenasaya mengajari perpindahan jari-jari tangan, otomatis saya selalu memegang jari tangan Tante N yang halus dengan kuku-kuku yang terawat dengan baik. Jantung saya terasa makin lama makin berdebar, apalagi setiap menarik nafas harum tubuh Tante N, sepertinya memenuhi rongga dada dan membuat adik kecilku mengeras secara perlahan.“Kamu kok suaranya bergetar Dek, lagi nggak enak badan yah?”
“Nggak kok Tante, saya hanya..”
“Hanya apa hayo! nggak mau ya lama-lama temenin Tante, atau kamu udah ada janji malem mingguan.”
“Saya nggak punya pacar kok Tante, nggak kayak Bima ama yang lainnya.”
Sambil terus duduk berdekatan, tiba-tiba kepala Tante N bersandar pada bahuku dan bertanya, “Dek, Tante mau tanya apa Bima pernah cerita nggak kalo ayahnya punya istri lagi yang jauh lebih muda dari Tante, usianya sekitar 25 tahunan lah.”
“Masa sih Tante, keliatannya Tante sama Om mesra-mesra aja!”Ketika tangan Tante N bergeser untuk bertumpu pada pahaku, secara tidak sengaja menyentuh adikku yang sejak tadi makin mengeras saja dan membuatku berteriak kecil, “Ah..” Sambil Tante N memandangku yang tertunduk malu dengan wajah sendu dan sensual, Tante N kembali bertanya, “Dek, kamu udah pernah berhubungan seksual belum?”
“Be..be..be..lum pernah Tante!”
“Mau nggak Tante ajarin? sebagai ganti kamu ngajarin piano sama Tante.”
Saya diam seribu bahasa, dan tiba-tiba bibir Tante N telah menyerbu bibirku secara bertubi-tubi sambil lidahnya terus berusaha menjilat dan meracau, “Ah..ah..ah..” Sambil terus mencium bibirku, tangan Tante N terus meremas telinga dan rambutku.Tiba-tiba Tante N berkata, “Dek! kita pindah ke kamar yuk..”
Sambil bibir kami terus berpagutan, kami pindah ke kamar tidur dan langsung merebahkan badan dengan badanku ditindih Tante N. Selanjutnya Tante N segera melucuti baju tidurnya dan membentanglah suatu pemandangan indah, payudara yang proporsional (kira-kira 36B) denganputing warna merah maron dengan dibungkus kulit putih yang mulus tanpa cacat, dan yang lebih lagi adalah selangkangan dengan bulu-bulu hitam yang tidak begitu lebat dengan belahan merah muda yang mempesona. Dalam keadaan masih bengong, tiba-tiba tangan Tante N menarik tanganku danlangsung dibimbingnya ke arah payudaranya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saya langsung meremas dengan halus sambil memilin puting susunya yang makin tegak dan mengeras.“Ah.. ah.. ah.. terus Dek, buat Tante puas Dek..” Sambil terus meracau Tante N segera melucuti seluruh bajuku, dan mulai meraba-raba daerah selangkanganku serta mulai meremas adikku yang terasa nikmat sekali.
“Punya kamu besar juga ya Dek”
“Boleh nggak Tante jilatin biar makin besar?”
“Emangnya Tante mau gitu..?”
Lansung posisi Tante N berubah dan mulai turun perlahan dengan terus menjilati tubuhku, dari leher, dada, perut, dan tiba-tiba kurasakan cairan hangat mulai membasahi batang dan kepala adikku. Dan ketika saya memberanikan diri untuk melihat, rupanya kemaluanku sedang dijilati Tante N, kadang-kadang dikulumnya sambil kurasakan kepala kemaluanku menyentuh ujung kerongkongan Tante N.Tiba-tiba Tante N merubah posisinya, sambil terus mengulum dan menjilat kemaluanku, Tante N memutar badan dengan selangkangannya menghadap wajahku. Terlihatlah suatu pemandangan indah, bulu hitam dengan belahan merah dan segumpal daging merah kecil yang berkilau. “Jilat Dek, jilat Dek,” pinta Tante N. Tanpa sungkan-sungkan dan membantah, langsung saja kuarahkan lidahku untuk menjelajah sambil terus menghirup harumnya kemaluan Tante N yang bagaikan candu itu.Usai kegiatan saling menjilat, Tante N segera berbaring dan memintaku untuk bangkit sambil tangannya terus menggenggam adikku dan dituntunnya ke arah kemaluannya. “Masukkan Dek, masukkan Dek!” pinta Tante N, seperti anak kecil yang sedang merengek-rengek. Sesuai permintaanku, segera Tante N menekan tubuhku hingga adikku terarah dengan sempurna, dan terasalah suatu rasa yang sensasional ketika kulit kemaluanku bersentuhan dengan dinding kemaluan Tante N yang sudah basah dengan cairan hangatnya. “Ah.. ah.. ah..” suaraku dan suara Tante N memecah kesunyian dandinginnya malam. Sambil saya terus memompa Tante N tidak lupa saya meremas-remas seluruh tubuh Tante N yang memelukku dengan goyang pinggul yang seirama.Tanpa berkata apa-apa, Tante N membantingku dan tiba-tiba Tante N telah menduduki tubuhku dan mulai bergerak turun naik memutar. Saya semakin takjub saja melihat kedua payudara Tante N seperti bergejolak untuk memuntahkan isinya. Sambil kami terus meracau dengan kata-kata yang menunjukkan kepuasan, Tante N memintaku untuk membalikkan badannya ke posisi semula sambil memintaku untuk memompa lebih cepat. Lalu kurasakan kemaluanku semakin berdenyut dan kemaluan Tante N juga kurasakan hal yang sama. Tidak lama kemudian tubuh kami mengejang, dan seperti di komando kami berteriak, “Ah.. ah.. ah..” sambil dari kemaluanku kurasakan keluar cairan nikmat dengan denyut kenikmatan dari dalam kemaluan Tante N dan kami saling berpelukan dengan erat sambil terus menikmati kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.Usai adegan yang tak mungkin kuhapuskan dari ingatanku, Tante N bertanya, “Kamu suka Dek? Mau kan lain kali kita ulangi lagi.”
“Mau Tante.. kapan pun Tante mau, saya akan meluangkan waktu untuk Tante.”
Tidak lama kemudian kami tertidur sambil terus berpelukan hingga keesokan harinya.Rekan-rekan pembaca, usai kejadian itu kami masih terus melakukan affair. Hal ini berakhir ketika saya menikah 4 tahun yang lalu. Beliau berkata, “Jangan hianati istrimu, karena Tante sudah merasakan bagaimana dihianati suami.”Sampai sekarang kami masih berhubungan baik, bersilaturrahmi dan saling memberi spirit di saat kami merasa jatuh. Saya sangat menghormati hubungan ini, karena pada dasarnya saya sangat menghargai Tante N sebagai istri dan ibu yang baik. Tamat

Cerita seru Kurenggut Siswi Primadona Itu

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya. Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum. Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat. Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini. Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini. Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu. Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir. Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini. Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya. Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul. Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi. Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu. Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya. “Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal. Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini. “OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum. Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu. Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi. “Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles. “Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal. Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya. Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam. Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang. “Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini. Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki. Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya. Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan.. “Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya. Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya. Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu. Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku. Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini. Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat. Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya. Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini. Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat. Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya. “Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku. Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya. “Aakkhh..”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya. Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus “Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”. Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat. “Aakkhh..” akupun mengejan, tubuhku mengeras. Croot.. Croott.. Croott.. Akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku di dalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya. Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik. Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya. Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku. “Ouugghh..”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya. Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi. Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali. Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya. “Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu. Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku. Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan “Aaakkhh..”. Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda. “Aakkhh..” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda. Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka. Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya. Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih menganga itu. Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya. “Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda. Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda. Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi. Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya. Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma. Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur. Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang. Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi. Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya. Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

Tuesday 28 February 2012

Cerita seru Nady Pacarku...

Setelah selesai dari universitas, aku mendapat lowongan kerja di perusahaan
Jepang untuk setahun, lalu pindah ke klinik kesehatan di Jakarta, di bagian
adiministrasi nya. pada mulanya hanya partime saja, karena orang yang sebelumnya
sedang cuti melahirkan. dan di tempat ini aku bertemu dengan pacarku yang
sekarang Nady, kerjanya bagian maintain komputer network di tempat kerja, tapi
kalau dengan aku dia maunya di panggil Nad saja, karena kedengaran spt
kependekan dari Nathan, dan kedengarannya lebih keren. ibu Lusi yang ambil cuti
melahirkan, ternyata memutuskan tidak akan bekerja lagi, tapi akan menjaga bayi,
mengurus rumah dan suaminya. kadang kadang masih ketemu jika mengedakan rutin
check up untuk bayinya. Pada hari sabtu, memang agak sepi, dan kantor kita hanya buka setengah hari. jam
tutup sudah 15 minit yang lalu, aku hanya membereskan kerjaan hari ini yang
tinggal sedikit, dan menyiapkan appointment untuk minggu depan. aku kira cuma
tinggal aku sendiri di kantor. ternyata dari balik pintu masuk terdengar sapaan
«Tamara masih di sini ??» ternyata Nady masih di sini juga dan cuma tinggal aku
dan dia saja yang masih di kantor setelah aku check di masing masing ruang
dokter lainnya. Pengen tahu si Nady seperti apa ?? tingginya 172cm, dengan berat
badan 77Kg, dada nya lapang juga utk ukuran badan dia, dan orang nya enak untuk
di ajak ngobrol, aku sering juga menceritakan masalahku kepada dia, dan dari
situ aku merasa dekat dengan nya, dan kebetulan dia juga masih single. Sekarang dia sudah berdiri di samping ku dan bertanya «sibuk nggak hari ini ??»,
aku tahu dia cuma basa basi saja, aku cuma bilang «lumayan…., agak capek
nich…» kataku sambil mengurut pundak ku, rupanya dia menangkap signalku, dan
mulai pindah ke belakang kursi ku, dan langsung menaruh tangan nya di pundak ku,
dan mulai meremas nya dan aku hanya bisa menahan eranganku. Tangannya berasa
mantap di pundakku, dan setelah 10 menit di pundak, tangannya mulai turun ke
punggungku, pundak ku sudah mulai lega, dan dia berkata «yuk kebelakang aja, kan
udah nggak ada orang…….». aku hanya tersenyum, dan sebelum ke belakang aku
kunci pintu, dan ganti tanda «buka» menjadi «tutup». Waktu aku masuk ke salah satu ruang praktek yang di situ, Nady telah mengeser
pembaringan pasien ke tengah ruang, dan dia bilang «berbaring saja di sini,
lebih enak daripada duduk di kursi mu». Setelah telungkup di pembaringan itu
tangannya langsung menuju ke pundak dan punggung ku, setelah agak lama di situ,
mulai turun ke betisku, ternyata dia mahir juga dengan pijatannya. lalu dia
berkata «buka saja bajunya biar lebih leluasa memijatnya» aku kurang lebih tahu
apa yang dia mau, dan ini adalah saat yang aku tunggu tunggu. karena pakaian
atas dan bawahku jadi satu maka aku nggak ada pilihan lain, jadi aku lepas
semua, dan terpajang lah badanku yang langsing dan berkulit kuning langsat,
tidak terlalu hitam atau putih pucat, yang mana aku boleh berbangga karena aku
merawatnya sebulan sekali aku mandi lulur. Juga BH ku, tapi aku sambar handuk
kecil untuk menutupi buah dadaku yang memakai BH ukuran 36C dengan puting yang
menonjol keluar dan berwarna coklat muda. Nady pura pura nggak ngelihat, tapi aku pergoki dia curi lihat, dan waktu aku lihat bagian depan celana nya, sudah kelihatan ada tonjolannya. waktu aku telungkup di atas meja, tangan nya dengan lincah memijit pundak dan punggung ku. aku merasakan kehangatan minyak kayu putih yang di oleskan sedikit di tangannya. sembari memijat kita berbincang bincang masalah kerja, hubungannya dengan bekas teman universitasnya dan mode trend yang lagi nge in. aku merasa senang di pijit spt ini, krn aku sudah lama nggak dipijit, dan aku juga tahu dia sedang kesepian, krn baru putus dengan
pacarnya. Untuk membuat suasana lebih menarik aku minta dia untuk membuka saja
bajunya, dengan alasan spy keringatnya nggak menempel di situ. tujuanku sih cuma
mau melihat dadanya yang lapang itu. waktu dia berbalik aku cepat cepat buka
celana dalamku, dan duduk di pinggir meja periksa, handuk yang tadinya menutupi
dadaku aku lingkarkan dan ikat ke pinggang ku. waktu Nady berbalik aku bisa
melihat expresi wajah nya yang kaget dan benggong, krn tidak menyangka, akan
melihat pemandangan yang spt itu.Sambil tersenyum aku berkata «kamu nggak
keberatan kan mijit dadaku……..» dia masih terbenggong, dengan terbata bata
dia menjawab «dadanya pegel juga ya…..» dan aku sudah ambil initiative untuk
turun, dengan satu tangan memeganggi handuk kecil itu supaya tidak lepas, dan
dadaku berasa berguncang ketika turun dari meja periksa, aku tuntun dia untuk
mencuci tangannya, yang berbekas minyak kayu putih. Setelah selesai dengan satu tangan aku usap dadanya yang lapang itu dengan satu tangan, dan aku mainkan putingnya juga. Dengan tangan yang sama aku tarik kepalanya dari belakang spy menunduk sedikit, dan aku bisa mencium bibirnya. dengan beberapa kecupan kecil aku selipkan tangan ku ke pinggiran celananya, dan menarik dia supaya mendekat ke meja periksa lagi. Dia bantu aku utk naik ke meja periksa, kita masih ciuman, tangannya seolah olah dengan refleks nya sudah ada di dadaku meremas remas kedua buah dada ku. lidahnya mencari cari lidahku, aku pun nggak mau kalah aku hisap
lidahnya seperti menghisap es lilin. memekku sudah berasa basah, dan satu tangan
ku masih di belakang kepalanya Nady, dan tangan satunya menggosok gosok memek
ku. Dia hanya tersenyum saja ketika aku minta dia untuk jilatin memek ku,
setelah agak lama kita ciuman. dia menundukkan kepalanya untuk menciumi dadaku,
dan putingnya yang sudah berdiri tegak itu di jilatin dan di hisapnya, dari
mulut ku terdengar suara aaahhhh…………. uuuuuuhhhmmmmmmmm………. …..
ke enakan, sedangkan tangannya sekarang sudah mengantikan tanganku menggosok
memek ku, yang mana menambah kenikmatan yang sudah lama tidak aku rasakan. Tidak
lama kemudian, tangannya naik lagi untuk bermain main di kedua buah dada ku dan
mulutnya yang mengantikan posisi tangannya sekarang lidahnya menjilatin
pinggiran memekku dan sekali kali menerobos masuk ke lubang memek ku yang
membuat ku berdesah ke enakan. Napas ku menjadi berat di buatnya, dan tanganku
mengacak rambut Nady, sekalian menuntun kemana mulutnya akan menghisap dan
menjilatnya, dan kadang kadang mengusap usap punggung nya, dan kadang kadang aku
garuk punggungnya dengan kuku ku. ketika di temukan itil ku, di jilat dan hisap
itil ku, sebagai pelampiasan rasa geliku, tanpa sadar aku cakar punggungnya, dan
nggak di sengaja rupanya ada jerawat di punggungnya yang tercakar, dan Nady pun
berteriak dengan keras nya AAAAKKKKHHHHH……………. Tamara……. jerawatku
kamu cakar, aaaahhhh………. sakit nich……. dan aku buru buru minta maaf,
Nady masih mengeliat liat kesakitan, sambil punggungnya di tempel ke tembok. Aku
buru buru minta maaf sambil mengusap punggungnya, tapi tidak di hirau kan
olehnya, kemudian dia menyambar bajunya, dan pergi keluar ruangan. sekarang
gantian aku yang terbengong bengong. aku tidak bisa mengejarnya, aku tahu dalam
kantor nggak ada orang lagi, tapi aku sedang bugil. Aku pikir yah…….. hilang deh…. kesempatan untuk bermain dengan Nady, aku mulai
mengenakan pakaianku, ketika aku sedang mencoba mengaitkan BHku, dia kembali
dengan membawa satu tas kecil, dan berkata «tangan kamu jahil jerawat gua
kegaruk dan sakit sekali» dan aku berkata » maaf donk jangan marah ya…… yuk
kemari lagi ini ada yang nunggu nich………» sambil menunjuk ke memek ku.
«tapi harus pakai ini………» katanya sambil menunjuk kan tali yang diambilnya
dari tas itu. karena aku merasa bersalah dan memek ku juga sudah gatal maka aku
setuju saja. Aku lihat sepertinya tali untuk panjat tebing dengan warna keabu
abuan. Maka di ikatnya tangan ku di ujung ujung meja periksa, dan di ganjalnya
kepalaku dengan bantal, supaya bisa melihat juga dia sedang apa katanya. dengan
perlahan diletak kan tangannya di lutut ku sambil tersenyum dia naik ke meja
periksa dari arah kaki ku dan kepalanya mulai menuju dadaku, di cium, dan di
jilatin dadaku yang sebelah, dan dengan tangan satunya meremas dan memilin
puting dadaku yang sebelah. dan suara aaaahhhh………. dan uuhhhmmmm……….
saja yang aku bisa keluarkan dari mulutku. setelah beberapa saat aku minta dia
untuk membuka celananya dan mengeluarkan kontolnya supaya aku bisa mengisapnya,
tapi dia bilang «ntar…. yang ini belum selesai» dan dia mulai turun ke memek
ku lagi dan cium paha bagian dalam, juga gigitan kecil tak di lewatkan juga,
pinggiran memek ku di jilatinnya dengan perlahan, dengan waktu yang sama bagian
atas memek ku, dekat itilnya di jilatinnya juga, yang membuat aku mengeliat
lliat, tapi aku tak berdaya untuk memegang apa apa karena tangan ku masih
terikat di meja. Aku sudah nggak tahan lagi, maka ku tendang perlahan dia,
dengan merengek » ayo donk…. kontolnya di keluarkan biar aku hisap». Akhirnya
di lepasnya juga celana dan celana dalamnya, dan aku bisa melihat kontolnya
sudah membesar, dan berdiri juga. «Nad, di lepas donk talinya supaya aku bisa
pegang kontol mu….» kata ku, tapi nggak di hiraukan olehnya. dia naik lagi ke
atas meja periksa, berlutut sehingga lututnya ada di bawah ketiakku, dan
kontolnya terayun ayun di depan mulutku. «tangan kamu nakal jadi mendingan di
ikat saja» katanya sambil mengangkat batang kontolnya, dan lidah ku langsung
menjilat buah pelirnya, dan mengecupnya, ternyata di buah perlirnya bersih,
rupanya telah di cukur oleh Nady, maka aku masukkan satu pelirnya ke mulutku dan
ku hisap perlahan, Nady pun mendesah
hhh…… ke enakan, masih ku hisap pelirnya spt sedang makan permen chupa chup,
tak lama aku hisap, ku kunyah perlahan, yang membuat desahan Nady menjadi
erangan panjang, «AAAKKKhhhhhh……… Mara……. pegel
aaaakkkhhhhhh……….. jangan stop……. enak Mara………» setelah ku
kunyah agak lama, di tariknya biji pelir dari mulut ku, dan dia masuk kan
kontolnya ke mulutku. Aku tak dapat menahannya karena tangan ku masih terikat di
meja itu, permulaannya aku cuma hisap kepalanya, setelah beberapa saat masuk
setengah dari kontolnya, dan Nady masih mengocok kontolnya di mulutku, sampai
pada akhirnya dapat ku telan ke seluruhannya. Setelah beberapa saat dia mengocok
kontolnya di mulut ku, di keluarkan kontolnya dari mulutku, dan kini dia
membalik kan badannya sehinggga kontolnya dapat di masukkan lagi ke mulut ku dan
dia bisa jilatin memek ku. lidahnya di keluar masukkan memek ku, yang membuatku
kegelian dan mendesah…… Nady tahu kalau aku ke enakan maka di hisapnya juga
itil ku, yang membuat aku semakin kegelian, dengan kontolnya di mulutku, aku
berusaha memberitahu dia untuk memasukkan kontolnya ke memek ku, tapi yang
keluar cuma «eeeemmhhh……. ontol a asukan e memek u aaaahh…..» aku berasa
ada yang masuk, tang ternyata jari nya dia. jarinya di kocokkan di memekku, dan
di hisapnya itil ku juga. aku sudah tak tahan lagi,
«uuuuukkhhhhhh……………. … aaaakhhhhh……………. » dan badan ku
mengejang beberapa saat, dan berasa seperti mau kencing, «cret…cret.. cret..»
aku berasa ada yang keluar dari memekku. Climaks ku telah sampai.
Nady juga berasa badan ku yang mengejang tadi, maka di cabut kontolnya dari
mulut ku dan turun dari meja periksa, dengan tersenyum dia bertanya «sudah
ngecret ya……. enak nggak ?…….» aku hanya tersenym saja, dan jarinya
masuk lagi ke memek ku, berlutut di ujung meja, diangkatnya kedua kakiku ke
pundaknya, dan kemudian dengan perlahan jarinya di masuk kan ke lubang pantatku,
aku berasa sakit «Nad………. jangan Nad….. sakit………
aaaakkhhh………» sambil ku angkat sedikit pantatku untuk menghindar, tapi tak
di hiraukan oleh Nady, masih juga di kocoknya lubang pantat ku. Memang lubang
pantat ku masih perawan, dan akupun nggak pernah memainkan nya. «Nad……….
dengar nggak sih…. sakit……… aaaakkhhh………» rengek ku, dan aku mulai
meronta ronta. dia turun dari meja, dan di ambilnya botol kecil dan di taruhnya
di perut ku, tulisan di botol «Vaseline» dia naik lagi ke atas meja, dan di
naikkan kakiku ke pundaknya lagi, «Nad….. jangan sakit lho……» di bukanya
tutup botol dan di coleknya salep itu dari botol dan di oleskan di lubang
pantatku, dan jarinya masuk sedikit, seolah olah mengolesi dinding bagian dalam
lubang pantatku itu. «sudah nggak sakit kan…….. sekarang, rileks saja
pantatnya, nanti kan berasa enak….» katanya sambil tersenyum ke aku. Aku masih
berasa ada yang licin mengocok lubang pantat ku, sekitar 5 menit lubang pantat
ku di kocok dengan jarinya, lalu di cabut jarinya dari situ dan aku berasa lega,
dan kosong. Aku lihat di coleknya salep itu lagi, dan di oles kan ke lubang
pantat ku, dan ada sedikit sisa di usap kan ke kontolnya, dan dia ambil lagi
salep vaseline itu, dan kali ini di oles kan semuanya ke kontolnya. Kembali
jarinya masuk ke pantat ku, kali ini cuma sebentar, lalu di arahkan kepala
kontolnya ke lubang pantatku. kontolnya lebih besar dari jarinya, itu membuatku
panik, dan aku meronta, tanganku masih terikat di kaki meja, kakiku berusaha
menendang Nady, tapi dengan sigapnya dia amankan kakiku, dan dengan perlahan di
masukkan kepala kontolnya. Aku berasa kepala kontolnya yang besar itu berusaha
menerobos masuk. «Tam… relaks saja ototnya, jangan di tahan, kamu pasti berasa
enak nantinya……..» di cabutnya kontolnya, dan di olesi salep itu lagi,
dengan tersenyum memberi semangat dia berkata «santai saja….. jangan di
tahan». Aku berusaha sesantai mungkin, dan berusaha tidak memikirkan besar
kontolnya. Aku berasa kepala kontolnya dengan perlahan mulai di masukkan ke
lubang pantatku. ternyata benar juga, kalau aku kendorkan otot ku nggak terlalu
sakit. kepala kontolnya sudah hampir masuk semua, dan dia stop sebentar. «benarkan……. mendingan sekarang….» dan sekarang mulai digerakkan lagi
masuk lebih dalam. AAaaakkhhhhh……………… Nad……… pelan pelan
donk……… sakit…. nngghhhh………. uuhhmmmmm………..» sekarang baru
terasa lumayan, nggak terlalu sakit, dan kocokan Nady dipercepat, tangannyapun
nggak tinggal diam, dadaku di remas nya, putingnya di pilin pilin nya yang kanan
dan kiri bergantian. dia nggak banyak omong, kalau sedang ngentot. setelah puas
main in buah dadaku. jari tangan nya mulai masuk ke memek ku lagi, dan membuat
aku kegelian, dia tahu kalau memek ku jadi sensitive, makanya memekku di korek
korek, pertamanya cuma dengan satu jari, dan lama lama, dia gunakan dua jari,
dan makin basah saja memek ku di buat nya. Nady akan masukkan jari yang ketiga
tapi aku bilang kalau sakit, dia nggak jadi masukkan, tapi itil ku sekarang yang
jadi sasaran, dan kali ini lubang pantat ku sedang di sumpal dengan kontolnya,
dan itil ku di main in ama Nady lyang membuatku tambah terangsang saja. dan lagi
aku berasa ingin kencing, aku hanya bisa menahan, sambil mengapit pundak Nady
kuat kuat, sampai dia merasakan tubuhku mengejang selama 30-40 detik, klimaks ku
tercapai lagi. Nady hanya berhenti sebentar, kontolnya masih di dalam lubang
pantatku, sambil tersenyum dia bertanya «klimaks lagi ya………., kok nggak
tunggu tunngu saya…….». Perlahan di cabut kontolnya dari lubang pantatku, dia turun dari meja periksa,
«lepaskan tangan ku donk….. kalau sudah selesai, masa saya di ikat di sini
terus sampai senin nanti…» kataku, aku pikir dia mau sudahan.Nady hanya
tersenyum «aku mau kasih kamu yang lebih enak lagi, jangan kaget ya……..»
katanya, dan dia berbalik membelakangi ku, di ambilnya sesuatu dari tas
kecilnya, aku masih belum tahu apa itu. waktu berbalik aku hanya bisa terbengong
saja. ku lihat di kontolnya bergantung satu batangan lagi, spt penis mainan,
Nady menerangkan kalau ini cuma mainan, dia titip dari teman nya yang datang
dari luar negri, bahannya dari karet yang sudah di olah. dia naik lagi ke meja
periksa, dan kaki ku di naikkan lagi ke pundaknya. «Dy, masukin donk kontol kamu
ke memek ku………» rengek ku, kemudian aku berasa kalau ada yang masuk ke
lubang memekku, «apa itu…. yang masuk ??» tanya ku, «katanya mau di entot
pakai kontolku….. kamu kan bisa lihat yang mainan ada di sebelah atas……..»
sahut Nady. Memek ku sudah basah, jadi kontolnya Nady nggak perlu di kasih
salepnya itu. AAaahhhh………. aku hanya bisa mendesah, di kocoknya kontol
Nady disitu, dan tangannya pun nggak tinggal diam, mulai gerayangin aku punya
dada, wahh…….. rasanya selangit deh……… setelah 9-10 menit di cabut
kontolnya, «kok di cabut ??» tanyaku, «coba yang baru ah…..» jarinya Nady
masuk ke memek ku yang sudah basah ini dan di usapkan lendir dari memek ku ke
kontol mainan nya, dan dia juga usapkan ke kontolnya sendiri.
dengan perlahan di masukkan kontol mainan itu ke memek ku dan juga kontolnya ke
lubang pantat ku lagi. kali ini sudah mendingan nggak spt yang pertama kali. aku
terasa penuh sekali, ke dua lubangku terisi semua, Nady mengocok kontolnya
secara perlahan dan lambat laun di percepat, aku pun nggak mau kalah, ku goyang
juga pinggulku, sambil mengeliat dan meronta ronta kegelian, tangan ku masih
terikat di ujung ujung meja, jadi aku nggak bisa memegang apa apa. dan waktu di
masukkan kontol Nady ke lubang pantat ku otomatis kontol mainannya juga ikut
masuk ke memek ku, waktu di kocok rasanya ujung kontol itu bersentuhan di balik
dinding tipis di dalam ku. dari ekspresi mukanya aku bisa melihat kalau Nady
sedang konsentrasi, tapi kontolnya masih mengocok di kedua lubang ku, tapi
tangannya meremas remas dadaku, dan memainkan putingku, tak lama dia main dengan
buah dadaku, dia bilang kalau akan mencapai klimaks nya, dan aku bilang «tahan
dulu sebentar lagi aku juga akan ngecret juga» lalu aku pindahkan kaki ku ke
pinggang nya supaya dapat mengapit pinggang nya lebih erat. Setelah berhenti
sebentar, tapi kontolnya masih dalam lubang pantat ku, Nady mulai mengocok
kontolnya lagi di lubang pantat ku, dan kontol mainan nya di lubang memekku juga
ikut keluar masuk mengikuti kontolnya. Nady mulai dengan perlahan, dan makin di
percepat, tangannya masih meremas buah dadaku, dan tak berapa lama aku berasa
kalau mau sampai klimaks ku, dan kakiku mengapit pinggang Nady agak keras, dan
dia tahu kalau aku mau ngecret lagi, dan di percepat juga kocokannya. dari napas
nya aku juga berasa kalau dia juga hampir sampai ke klimiaksnya, akhirnya
«Akh…. Akh…. Akh…. ah………….. Naady……. Akh……………» dan
Nady pun berteriak «AAkkkhhhh………… uummmhhhhhhh………. mara enak……
aaahh…………….» Aku lepas kan pinggang Nady, dan diapun dengan lemasnya berbaring di atas ku,
dan kaki ku masih mengapit pinggangnya. kurang lebih lima menit kita berbaring
tak bergerak di meja itu lalu dengan perlahan Nady bangun dan di ciumnya
bibirku, dan juga di belakang telinga ku, aku hanya mengeiat kegelian, lalu dia
kembali mencium bibirku lagi dan ku hisap lidahnya perlahan. setelah itu dia
berbisik «lain kali kalau mau lagi minta aja langsung jangan malu malu» sambil
tersenyum. Dia turun dari meja dan di lepasnya ikatan tangan ku. dan waktu aku
turun dari meja, aku berasa ada yang meleleh dari selangkangan ku ternyata pejuh
Nady keluar dari lubang pantat ku dan punyaku mengalir keluar dari memek ku.
Lubang pantat ku agak sakit utk beberapa hari. Dan sejak itu aku sering kerja
lembur dengan Nady. atau hanya menemani dia saja jika aku tidak ada kegiatan
lain.

Cerita seru Kenikmatan Yang Membingungkan

Ketika aku kembali dari kantor, kulihat istriku sedang mengobrol dengan seorang wanita berumur kira-kira 29 tahunan, di sebelahnya ada gadis umurnya 13 tahun. Setelah kuletakan tas kantor di kamar tidur aku ikut nimbrung mengobrol dengan istriku dan tamunya yang aku ketahui wanita itu adalah calon pembantu di rumah kami, dia seorang janda cerai dengan seorang anak gadisnya.

Malam itu aku berembuk tentang wanita itu, sebenarnya istriku agak keberatan jika wanita itumengajak anaknya untuk bekerja di rumah kami yang dikatakan istriku sebagai beban tambahan, tapi setelah kuyakinkan akhirnya istriku setuju juga kalau wanita itu beserta anak gadisnya bekerja sebagai pembantu di rumah kami, alasanku karena istriku sedang sibuknya mengurus bisnisMLM-nya dan karena pernikahan kami yang sudah 6 tahun belum mendapatkan keturunan, sehingga anak gadis itu bisa kami anggap sebagai anak kami sendiri.

Keesokan harinya sekitar jam 5:00 sore wanita itu dan anak gadisnya telah berada di rumahku untuk melakukan tugas sebagai pembantu, sebut saja wanita itu Nursyfa dan anak gadisnya Santi. Karena rajinnya kerja kedua pembantuku itu, maka Santi kuijinkan untuk meneruskan sekolah atas tanggunganku. Kulihat di wajahnya tersenyum kegirangan.

"Terima kasih Pak, Santi senang sekali bisa meneruskan sekolah, terima kasih Pak, Bu."
"Ya, tapi kamu harus rajin belajar, dan kalau sudah pulang sekolah kamu harus bantu ibumu," kata istriku sambil berpelukan dengan Santi, kulihat di wajah ibunya Nursyifa pun terlihat keceriaan.

Enam bulan berlalu sejak Nursyifa dan Santi bekerja di rumah kami, aku berbuat mesum dengan Nursyifa sewaktu istriku pergi keluar kota untuk urusan bisnis MLM-nya. Hari itu hari Sabtu, malamnya istriku ke Jogja dengan kereta api, karena Sabtu kantor libur sementara Santi sedang sekolah, aku melihat Nursyifa yang sedang berdiri di dapur membelakangi aku yang sedang masuk dapur selesai mencuci mobil. Aku tertegun melihat tubuh Nur yang mengunakan baju terusan warna hijau muda agak tipis sehingga terbayanglah tali BH dan celana dalam yang keduanya berwarna hitam menutupi bagian vitalnya. Pantatnya yang padat dan seksi serta betisnya yang terbungkus kulit putih dan mulus bentuknya seperti bunting padi, membuat aku merasa tersedak seakan-akan ludahku tidak bisa tertelan karena membayangi tubuh Nur yang indah itu.

Tiba-tiba Nur berbalik dan kaget melihatku yang baru saja membayanginya.
"Eh.. Bapak, ngagetin saya aja."
"Eh.. Nur boleh saya duduk, saya mau tau kenapa kamu cerai, kamu mau menceritakannya ke saya."
"Eng.. gimana yach.. saya malu Pak, tapi bolehlah."

Akhirnya aku duduk di meja makan sementara Nur menceritakan sejarah hidupnya sambil terus bekerja mempersiapkan makan siang untukku. Akhirnya aku baru tahu kalau Nur itu menikah di usia 15 tahun dan setahun kemudian dia melahirkan Santi dan dia bercerai 2 tahun yang lalu karena suaminya yang suka mabuk, judi, main perempuan dan suka memukulinya dan pernah hampir membunuhnya dimana di punggung Nur ada bekas tusukan pisau. Aku tertegun mendengar ceritanya sementara Nur seakan mau menangis membayangi jalan hidupnya kulihat itu di matanya sewaktu dia bercerita. Karena rasa kasihanku kurangkul tubuh Nur.

"Sudah, Nur.. jangan nangis.. sekarang kamu sudah bisa hidup tenangan di sini bersama anakmu, lupakan masa lalumu yah.. saya minta maaf kalau membuat kamu harus mengingat lagi."
"Iya.. Pak.. saya dan Santi.. berterima kasih sekali.. Bapak dan Ibu baik.. pada kami."
"Ya.. sudah.. sudah.. jangan nangis terus.. nanti Santi pulang.. kamu malu deh.. kalau lagi nangis."
Nur menangis dalam rangkulanku, air matanya membasahi kausku tapi tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lain karena kedua payudaranya menyentuh dadaku yang membuat gejolak nafsuku meningkat. Tanpa sengaja bibir mungilnya kucium lembut dengan bibirku yang membuat dirinya gelagapan.
"Aaahh.. Bapak!"
Tapi kemudian dia membalas kecupanku dengan lembut sekali diikuti lidahnya memainkan lidahku yang membuat aku makin berani.

"Pak.. sshh.."
"Kenapa.. Nur..?"
"Tidak.. Pak.. aahh.. tidak apa-apa."
Kuangkat roknya dan aku meraba pantatnya yang padat lalu kutarik ke bawah celana dalam warna hitam miliknya sampai dengkul, pahanya kuraba dengan lembut sampai vaginanya tersentuh. Nur mulai bergelinjang, dia membalas dengan agresif leher dan pipiku diciuminya. Kumainkan jariku pada vaginanya, kutusuk vaginanya dengan jari tengah dan telunjukku hingga agak basah.
"Aahh.. Pak, enak sekali deh.."
"Nur.. kalau kita lanjutkan di kamar yuk!"
"Saya sih mau aja Pak, tapi kalau nanti Ibu tahu gimana?"
"Ah, ibu khan lagi ke Jogja, lagi pulangnya kan hari Selasa."

Kugiring Nursyifa ke kamarku, sampai di kamar kututup pintu dan langsung kusuruh Nur untukmenanggalkan pakaiannya. Nur langsung menuruti keinginanku, seluruh pakaiannya ditanggalkan hingga dia bugil. Yang agak mengagetkanku karena keindahan tubuh Nur. Nur dengan tinggi sekitar 167 cm memiliki payudara yang kencang dan montok dibungkus kulit yang putih bersih, pinggulNur agak kurus tapi pantatnya yang agak besar dan padat dan vaginanya yang ditutupi bulu halus agak lebat membuat aku seakan tidak bisa menelan ludahku. Kalau aku beri nilai tubuh Nur nilainya 9.9, hampir sempurna.

"Bapak, baju Bapak juga dilepas dong, jangan bengong melihat tubuh Nur."
"Nur, tubuhmu indah sekali, lebih indah dari tubuhnya Ibu."
"Ah, masa sih Pak?"
"Iya Nur, tahu gitu kamu saja yang jadi Ibu deh."
"Ah Bapak bisa aja nih, tapi kalau Nur jadi Ibu, Nur mau kok jadi ibu ke dua."

Aku langsung menanggalkan pakaianku dan batang kemaluanku langsung menegang keras dan panjang.Kuhampiri Nur langsung kucium bibirnya, dipeluknya diriku, tangan mungil Nur meraba-raba batang kemaluanku lalu dikocoknya, liang vaginanya kusentuh dan kutusuk dengan jariku, kami bergelinjang bersamaan. Kami menjatuhkan diri kami bersamaan ke tempat tidur. "Nur, kamu mau nggak hisap kontol saya, saya jilatin vaginamu." Nur hanya mengangguk lalu kami ambil posisiseperti angka 69. Batang kemaluanku sudah digenggam oleh tangannya lalu dijilat, dikulum dan disedot sambil sesekali dikocoknya. Liang vaginanya sudah kujilati dengan lembutnya, vaginanya mengeluarkan bau harum yang wangi, sementara rasanya agak manis terlebih ketika bijiklitorisnya terjilat.

Hampir 10 menit lamanya ketika keluar cairan putih kental membasahi liang vagina itu dan langsung kutelan habis. "Aaakkhh.. aakkhh.." rintih Nur kelojotan. Tapi lima menit kemudian giliranku yang kelojotan karena keluarlah cairan dari batang kemaluanku membasahi muka Nur tapi dengan sigap dia langsung menelannya hingga habis lalu "helm" dan batangku dibersihkan denganlidahnya. Setelah itu, aku merubah posisi, aku berbaring sedangkan Nur kusuruh naik dan jongkokdi selangkanganku. Lalu tangannya menggapai batang kemaluanku diarahkannya ke liang vaginanya. Tapi karena liang vagina Nur yang sudah lama tidak dimasukan sesuatu jadi agak sempit sehinggaaku bantu dengan beberapa kali sodokkan, baru vagina itu tertembus batang kemaluanku.

"Blleess.. jlebb.. jlebb.."

Kulihat Nur agak menahan nafas karena batangku yang besar dan panjang telah menembus vaginanya.
"Heekkh.. heekkhh.. punya Bapak gede banget sih Pak, tapi Nur suka deh rasanya sodokannya sampai perut Nur."
Tubuh Nur dinaik-turunkan dan sesekali berputar, sewaktu berputar aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
"Nur, vaginamu enak sekali, batangku kayak diperas-peras oleh vaginamu, terus terang Bapak barukali ini merasakannya, Nur enak sekali."

Setengah jam kemudian, aku merubah posisi dengan batang kemaluanku masih di dalam vagina Nur, aku duduk dan kuangkat tubuhnya lalu kubaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur dengan kaki Nur menggantung, kutindih tubuhnya sehingga membuat sodokan batangku jadi lebih terasa ke dalam lagi masuk vaginanya. "Aakkhh.. aakkhh, iya Pak enakan gaya gini." Payudaranya yang mancung dan puting yang agak kecoklatan sudah kucium, kuremas dan kusedot-sedot.

15 menit kemudian kami ganti posisi lagi, kali ini kami berposisi doggie style, liang vaginanya kusodok oleh batang kemaluanku dari belakang, Nur menungging aku berdiri. Kuhentak batanganku masuk lebih dalam lagi ke vagina Nur yang hampir 15 menit kemudian Nur menjerit.
"Akhh.. arghh.. sshh.. sshh.. Pak, Nur keluar nih.. akhh.. sshh.."
Keluarlah cairan dari vagina Nur yang membasahi dinding vaginanya dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalamnya sehingga vagina itu agak licin, tetapi tetap kusodok lebih keras lagi hingga 10 menit kemudian aku pun berasa ingin menembakkan cairan dari kemaluanku.

"Nur.. saya juga mau keluar nih, saya nggak tahan nich.."
" Pak.. tolong keluarin di dalam saja yach.. saya mau cobain kehangatan cairan Bapak, dan saya kan siap jadi ibu ke dua."
"Crroott.. croott.. crroott.."
Keluarlah cairanku membasahi liang vagina Nur, karena banyaknya cairanku hingga luber dan menetes ke paha Nur. Lalu kulepaskan batangku dari vaginanya dan kami langsung terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurku.

Lima menit kemudian yang sebenarnya kami ingin istirahat, aku mendengar suara dari luar kamartidurku kami tersentak kaget. Setelah berpakaian kusuruh Nur keluar kamarku yang rupanya Santi ada di ruang makan, ia mencari-cari ibunya setelah pulang dari sekolah.

Malam harinya setelah Santi tertidur, Nur kembali masuk kamarku untuk bermain lagi denganku.Keesokan harinya, setelah aku terbangun kira-kira jam 8:00, aku keluar kamar, aku mencariNur, tapi yang aku temukan hanya Santi yang sedang menonton TV. Rupanya aku baru ingat kalau setiap Minggu pagi Nur pergi berbelanja ke pasar. Setelah mandi kutemani Santi yang lagi duduk di karpet sambil nonton TV, sedangkan aku duduk di sofa.

"Santi.. gimana sekolah kamu..?"
"Baik.. Pak, bulan depan mau ulangan umum."
"Mmm, ya sudah kamu belajar yang rajin yah, biar Ibu kamu bangga."
"Pak, boleh Santi tanya?"
"Iya, kenapa Santi..?"
"Kemarin ketika Santi pulang sekolah, Santi kan cari ibu Santi, pas buka kamar Bapak, Santi melihat Bapak dan ibu Santi lagi telanjang terus Santi lihat kalau Ibu Santi ditusuk dari belakang oleh Bapak, ada sesuatu punya Bapak yang masuk ke badan ibu Santi, maaf yach Pak, Santi lancang. Mama Nur lagi diapain sih sama Bapak?"
"Hah, jadi kamu sempat melihat ibumu telanjang."
"Iya Pak, tapi kok Mama Nur kayaknya keenakan ya. Santi jadi kepingin dech Pak kayak ibu Santi."
"Kamu serius San, kamu mau?"
"Iya Pak."

Kulihat Santi tersipu malu menjawab pertanyaan dariku, sementara rok Santi tersingkap sewaktududuknya bergeser sehingga pahanya yang putih mulus terlihat oleh mataku yang membuatku langsung terangsang. Kusuruh Santi duduk dipangkuanku. "San, sini kamu duduk di pangkuan Bapak." Ketika dia berdiri menujuku, aku membuka resleting celanaku dan kuturunkan celana dalamku lalu aku keluarkan batang kemaluanku yang sudah menegang, sebelum Santi duduk di pangkuanku, celana dalamnya yang putih kuturunkan sehingga vagina mungil putih bersih milikgadis 13 tahun ini ada di hadapanku, menyerbakan aroma wangi dari vaginanya yang ditutupi bulu-bulu halus dan langsung kujilat dengan lembutnya. Santi memegang kepalaku dan tubuhnya menggeliat.

"Aahh.. sshh.. enak.. Pak.. enak.. sekali."
Vagina Santi yang masih muda itu terus kujilati karena rasanya manis-manis asin. Santi punmakin menggelinjang, kira-kira 15 menit kemudian Santi mulai kejang-kejang dan basahlah vagina itu oleh cairan putih kental yang mengalir dari dalamnya, cairan itu kutelan habis.
"Arghh.. arghh.. Pak.. ada yang keluar nih dari tempat pipis Santi.. eugh.. eugh.."
Tubuh Santi langsung lemas tak berdaya, cepat-cepat kupangku. Batang kemaluanku yang mengeraskutempelkan pada vaginanya yang basah. Tubuhnya kuarahkan menghadapku, kemeja yang dikenakan Santi kulepas sehingga dia hanya mengenakan baju dalam yang tipis, payudara Santi yang baru tumbuh terbayang di balik baju dalamnya, segera kulepaskan sehingga di mukaku terpampangpayudara yang baru mekar ditutupi kulit yang putih bersih dengan dihiasi puting agak kemerahan, langsung kulahap dengan mulutku, kujilat, kugigit dan kuhisap membuat payudara itu makin mekar dan putingnya mengeras. Sementara Santi masih tertidur lemas, batang kemaluanku yang sudahmenempel di vagina Santi yang masih sempit kusodok-sodokkan agar masuk, karena vagina itu masih sempit. kumasukkan dua jariku untuk membuka vagina itu, kuputar kedua jariku sehingga vagina itu agak melebar dan basah.

Setelah itu kucoba lagi dengan batang kemaluanku, kusodok masuk batanganku ke vagina Santi yang memang masih sempit juga walau sudah dibantu dengan jariku. Akhirnya setelah 20 kali kutekan, masuklah helm batanganku ke vagina Santi. Santi mulai tersadar ketika batanganku menyodokvaginanya, dia pun menjerit kesakitan.
"Aawww.. aawww.. sshh.. sshh.. aawww.. sakit.. Pak.. tempat pipis Santi.. sakit awww.. aawww.."
"Sabar sayang nanti juga enak.. sayang.. tahan ya.. sakitnya.. sebentar lagi.."
Kupeluk tubuh Santi dan menenangkannya dari rasa sakit pada vaginanya yang robek oleh batangkemaluan milikku yang memang super besar.

Sodokkanku pada vagina Santi kupelankan untuk mencegah rasa sakitnya dan 10 menit kemudian Santi merasakan kenikmatan.
"Ahh.. ahh.. arghh.. arghh.. Pak.. sekarang tidak sakit lagi.. sekarang jadi enak.. aahh.. aahh.."
Hampir setengah jam kemudian tiba-tiba Santi mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya berikuttetesan darah dan langsung tubuh Santi lemas lagi dan pingsan. Aku menyadari bahwa aku telah membobol keperawanan Santi.

"Arrgghh.. Pak.. Santi.. lemmaass.."
Aku agak kaget juga melihat keadaan Santi yang secara tidak sengaja kubobol keperawanannya tapi karena sudah tanggung terus kugenjot batanganku ke vagina Santi yang sudah berdarah dan 10 menit kemudian keluarlah cairan dari dalam kemaluanku dengan derasnya memasuki liang vagina Santi hingga meluber ke pahaku.
"Crroot.. crroott.."
"Ssshh.. sshh.. aahh.. nikmatnya.. vagina.. gadis ini.."
Langsung kucabut batang kemaluanku dari vagina Santi dan kubaringkan Santi yang pingsan di Sofa. Sisa cairan yang masih melekat di vagina Santi kulap dengan bajuku hingga bersih, sesudah itu kurapihkan baju Santi dan kubiarkan Santi yang masih pingsan tidur di Sofa, aku lalu membersihkan badanku sendiri.

Sepuluh menit kemudian Nursyifa, datang dari pasar sedangkan aku sudah memakai baju lagi. Sejaksaat itu aku bermain dengan istriku jika dia di rumah, dengan Nur jika istriku pergi dan Santi sekolah, dengan Santi jika istriku dan Nur pergi. Aku lakukan sudah hampir 3 bulan lamanya merasakan kenikmatan dari tiga perempuan di dalam rumahku, tapi sekarang aku sedang bingung sebab 2 bulan yang lalu akhirnya istriku mendapat berkah bahwa dia hamil 1 bulan, 1 bulan yang lalu giliran Nur yang kuketahui bahwa dia hamil 1 bulan juga, sekarang 2 minggu yang lalu setelah kuajak Santi periksa ke dokter dia sudah hamil 1 bulan juga. Duuhh.. pusingnya aku!


? "http://kenny88.xtgem.com/cerita/cerita06" style="color:black">Back || "http://kenny88.xtgem.com/exit" style="color:black">Exit ?

"http://kenny88.xtgem.com" style="color:red">Home

"http://kenny88.xtgem.com/ads" style="color:black">Cerita Terbaru & Terpanas!

"http://click.buzzcity.net/click.php?partnerid=13684&bn=1"> *Unlimited & Fresh*

40652

Cerita seru Sang Pramugariku

Awal mula aku mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun, entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan dalam "Rahasiaku."

Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur, sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.

Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari balik pintu kamar kos pramugari itu,
"Hmm.. ia sudah datang," gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.

Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih ingin menyaksikan adegan mereka berdua.

Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar sangat terang.

Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
"Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu."
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
"Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik."
Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku menjawab dengan antusias juga,
"Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam."
Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.

Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
"Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante Diana."
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
"Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini."
Dan Vera pun menjawab, "Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku sering bepergian, asalku sendiri dari kota "Y", aku kos disini hanya untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift disini."
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.

Aku pura-pura kaget,
"Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian," kataku.
Vera menjawab, "Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan wanita yaitu dengan seniorku."
Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya kepadanya,
"Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku."
Dan Vera menjawab, "Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat."
Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.

Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka melewati wajahnya.

Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang melingkupinya.

Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.

Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.

Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang menyelinap di kamar itu.

Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar membolos masuk kuliah.

Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.

Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan dalam kesempatan yang lain.

Monday 27 February 2012

Cerita seru Truth Or Dare

ahhh..usia 17 tahun……usia saat kita sedang mulai menikmati awal sebuah kedewasaan , dan berbagai pengalaman tentangnya. cerita ini berawal dari sebuah party teman gue di sebuah hang out place di bandung , sweet sventeen party.
ga usah dan ga bisa diceritain bagaimana fun dan asyiknya party ini, dance yg hotz and keren , minumannya , gamenya yg seru.
dan yang terpenting buat gue adalah ceweknya yang cantik sexy and evrything pokoknya…… gue punya tiga teman baik yg juga tadi datang sama sama ke pesta ini , gino , poppy , dan nina.
kita semua berkawan sejak sma kls satu , tai cuma sebatas teman dekat , tak ada yg kemudian pacaran diantara kita , we enjoy our friendship ( begitulah kira kira……)..dan enjoy disini mungkin sebaiknya ditulis sebagai “enjoy” ..hehehehehhehe
poppy dan nina bisa dibilang adalah super sexy girl ( klo ga berlebihan ) , poppy pernah menjadi finalis sebuah pemilhan covergirl majalah remaja dan nina pernah masuk jajaran newcomer model sebuah majalah pria terkenal.
bisa dipastikan jika kedua gadis cantik ini sering jadi object fantasy para pria yg melihatnya , bahkan termasuk gua yg bisa dibilang cukup dekat dengan mereka ( atau mungkin lebih tepatnya cukup “dekat” )

poppy terlihat cantik dengan rambut hitam panjangnya dan buah dada yg tak terlalu besar juga tak terlalu kecil ( nanggung tapi nafsuin ), dan malam ini dia terlihat sangat hotz dengan kaos putih ketat dan rok jeans yg lumayan mini . dan baru beberapa lama kemudian gue sadar klo dia ga pakai bra karena putingnya terlihat mencetak di kaos ketatnya. nina tak kalah cantiknya , dengan buah dada yg lebih besar dari poppy , namun tetap prporsional. rambutnya juga panjang namun agak berombak dibanding poppy yg lurus, dan yg bikin gue kagum , nina bukan saja punya wjah cantik dan body aduhai , tapi juga otaknya yg cerdas , dia termasuk jajaran siswa paling pintar di sma….feww..siapa bilang org pintar harus jelek dengan kacamata setebal botol.
malam ini dia memakai swetar merah dengan V-neck ( yg menunjukan belahan dadanya dengan indah ..bikin penasaran )
dengan blue jeans warna pudar malam itu kita semua benar benar menikmati pesta yg sangat asyik ini , kita sempat minum beberapa gelas dan berusaha untuk tidak sampai mabuk . sayangnya teman gue gino terlalu kebanyakan minum , dia sudah kelihatan kepayahan banget . khawatir dengan keadaan gino akhirnya kita semua memutuskan untuk pulang lebih awal, dan dengan mobil gue , kita bermaksud untuk mengantar gino terlebih dahulu yang rumahnya lebih dekat.
untungnya gino masih bisa berjalan ke dalam rumah meski mabuk , setelah memastikan gino baik baik saja , kita kemudian kembali bergerak dan awalnya kita akan mengantar poppy terlebih dahulu. gue , poppy dan nina tidak terlalu mabuk , namun pengaruh ahkohol cukup terasa dan mempengaruhi pikiran kita bertiga , awalnya kita hanya ngobrol biasa saja , lalu berlanjut semakin nakal dan nakal saja.
diawali dengan ngobrol soal mantan kita masing2 , lalu berlanjut ke ngapaian aja dengan pacar kita , and terakhir bicara tentang the best sex experience ever……( malam dingin and semakin panas aja …hehehehehe) rumah poppy ternyata kosong , keluarga mereka sedang berlibur di puncak . otak mesum ku mulai bekerja kira kira bisa dimanfaatkan tidak ya situasi ini…..ternyata gue ga perlu berpikir keras , poppy dan nina mengajak ku masuk dan menantangku bermain sebuah permainan favorit kita semua…yap its truth or dare…….!!!! bagi yg belum tahu , truth or dare adalah sebuah permainan tantangan , kita harus memilih antara truth atau dare …jika kita memilih truth maka kita harus menjawab pertanyaan apapun , dan sepersonal apapun yg dajukan dengn jujur , dan jika dare , maka kita harus melakukan sesuatu yg diperintahkan…apapun itu!!! ini bukan pertama kalinya gue bermain truth or dare bersama mereka , dan gue selalu antusias karena mereka selalu mempunyai dare yg gila gilaan dan memanjakan fantasy banget….welll……its gonna be fu*king great game….hehehehehe Permainan dimulai , dan awalnya masih biasa biasa saja. secara bergiliran , gue , poppy dan vina saling beertanya pertanyaan pribadi ( truth ) . lalu permainan mulai meningkat ke dare , dan dare pertama ini masih belum terlalu istimewa …masih kecil kecilan.
dare pertama gue adalah french kiss dgn nina selama lima detik , dan dare pertama poppy adlah berciuman dengan nina , dan just the beginning , saling berciuman. dan dare mulai memanas saat bagian nina , dare buat nina adalah berciuman dengan poppy . kali ini nina melakukannya dengan begitu erotis , ia memjamkan mata lalu mencium bibir poppy dengan panasnya , lidah mereka saling berpagut dan tangan nina mulai meremas buah dada poppy , sebenarnya mereka hanya harus berciuman skitar lima detik , namun mereka berciuman sangat lama , dan gue ga berniat mengingatkan mereka ( iya lah…gila apa…..asyik kayak gini juga…).
entah berapa menit mereka berciuman dan saling meremas buah dada ,sampai akhirnya melepaskan diri dan memulai permainan kembali. giliran poppy sekarang , “truth or dare …?” kita bertanya nyaris berbarengan. poppy kelihatan berpikir sejenak , sampai ia memutuskan untuk dare. gue dan poppy sedikit berunding sejenak , kira kira dare apa yg cocok buat poppy……..setelah beberapa saat gue muncul ide “pop…loe harus mandi di shower , dan disaksikan oleh kita berdua….” nina setuju dan poppy pun langsung setuju dengan senyum menggoda , poppy mengajak gue dan nina ke kamar mandinya , di kamar mandi poppy menyalakan shower , merasakan airnya sejenak , lalu melangkah ke bawah shower tanpa melepas pakaiannya dulu.
gue tadinya mo protes karena bukan kayak gini yg ada di pikiran gue , namun saat air shower membasahi kaos putihnya dan membuatnya transparan , buah dadanya yg tak tertutup bra membuat gue langsung terdiam. malahan dia kelihatan lebih sexy seperti itu. rambut hitam poppy yg basah membuat dia semakin kelihatan hot , butiran2 air di rambutnya jatuh mengalir di bahunya .
poppy menyapu rambutnya dengan jari bagai sebuah iklan shampoo , bajunya kian basah , ia sengaja menggoda dengan memejamkan mata dan merintih pelan penuh nuansa erotis.
gue ga bisa mengalihkan pandangan dari buah dadanya yg semakin tercetak jelas di kaosnya yg basah , saat ia membuka matanya menatap gue dengan pandangan nakal dan senyum menggoda.
dan dengan masih berdiri di bawah shower , dia bertanya ke gue…” truth or dare..?” “dare!” jawab gue mantap.
poppy merespon jawabanm gue dengan menyingkap kaosnya , damn!!!……kini buah dadanya yg indah terbuka tanpa penghalang apalagi air yg membasahinya ditambah efek cahaya lampu kamar mandi ini , membuat buah dada poppy berkilat menggiurkan.
poppy menatap gue dan vina bergantian dengan pandangan nakal , lalu kembali menatapku dan berkata, “ayo sini..masuk….” sebelum gue masuk ke shower , aku sempat menoleh ke nina , dan terlihat diapun sudah mulai terangsang , ia meremas remas sendiri buah dadanya.
sensasi air hangat menerpaku saat melangkah ke bawah shower , bajuku basah dengan sekejap , namun semua itu tak aku pedulikan saat poppy tersenyum menggoda di hadapan gue. poppy mulai bergerak menari dengan erotisnya di depan gue , dibawah shower. pinggulnya bergoyang ke kiri dan kekanan , terkadang ia menyapu kepalanya dengan gerakan erotis , lalu perlahan ia membuka kaosnya , hingga kini ia hanya memakai rok mininya saja. gue benar benar terpana melihatnya dan hanya tertegun seperti orang tolol , poppy lalu melingkarkan tangannya di leherku dan menarik kepalaku , hingga bibir kita saling bertemu.
gue dan poppy saling berciuman dengan panasnya , sambil terus berciuman , tangan poppy turun ke bawah dan mulai melepaskan ikat pinggang celana gue , lidahnya terus bermain main di mulutku saat tangannya sibuk melepaskan celanaku. sleting celana gue mulai diturunkan poppy seiring dengan turun juga ciumannya menelusuri leher dan dadaku.
dan sambil mengelus penisku yg masih tertutup , ciuamnnya makin turun ke bawah, dan aku hanya boleh memandanginya saja .
kini posisi poppy sudah berlutut di hadapanku , ia lalu menurunkan celanaku termasuk dalamnya , membuat penisku seolah meloncat keluar , senyum poppy semakin lebar sambil memainkan penisku bagai mainan. air shower masih terus membasahi gue dan poppy .
poppy masih menggenggam dan memijit pelan penisku , sesekali dia menjilatinya lalu menatapku dengan nakal.
damn….!!! gadis ini tahu banget bagaimana bikin seorang pria tak berkutik , apalagi saat perlahan mulutnya meraih penisku dan menjilati kepalanya ….damn…..!!!! hampir saja gue ga bisa menahan diri. gue kemudian teringat dengan nina , dan ternyata dia sedang duduk di toilet dengan celananya sudah turun di tumitnya , ia sedang bermain main dengan clitorisnya sendiri , sedangkan tangan satunya ada dibalik sweaternya meremas remas buah dadanya.
dia terlihat sangat “panas” meski bermain sendiri , dan gue bisa melihat kalau Cd-nya mulai basah saat menyaksikan poppy mengulum penis gue. “truth or dare…?” aku berteriak pada nina , dan ia terlihat agak terkejut. ia hanya menatapku seperti orang bingung , maka aku pun mengulang pertanyaanku… “truth..or..dare…?” sambil tetap bermain main dengan dirinya sendiri , ia menjawab “dare!!!”. nina rupanya verharap ia juga bisa ikut bergabung dengan gue dan poppy.
gue pun mengajak nina bergabung dan menjelaskan apa yang gue ingin dia lakukan , dan kelihatannya ia setuju setuju saja. nina melepas dulu celananya sebelum bergabung , ia kemudian mengambil posisi di belakang poppy yg masih asyik mengulum penisku , nina lalu mernagkul poppy dan meremas buah dada poppy dari belakang sambil menciumi tengkuk poppy.
sensasi itu sempat poppy mengerang penuh kenikmatan untuk beberapa saat. poppy kembali mengulum penis gue selagi buah dadanya diremas nina , suasana erotis memenuhi tiap sudut kamar mandi.
jemari nina menelusur turun di tubuh poppy dan tiba di balik rok mini gadis itu.
nina menyingkap rok mini poppy hingga ia leluasa memainkan clitris poppy. “mmmmmmm” poppy bergumam saat lidahnya berputar liar di penis gue.
tiba tiba poppy melepas kulumannya dan berbalik pada nina sambil berbisik “gantian…” katanya sambil mematikan air shower. kini gliran nina yg bermain main dengan penis gue , tak butuh waktu lama untuknya sampai ia mengulum penisku begitu dalam.
oohh…..damn….!!!! buat gue permainan ini membuatku berasa di surga bersama para bidadari cantik.
poppy melepas sweater nina berikut bra nya , poppy kemudian mengambil posisi di bawah nina , dan mulai menjilati puting susu nina. nina kelihatannya tak bisa menahan diri lagi saat tangan poppy memainkan clitorisnya sambil menjilati putingnya ,
nina melepaskan kulumannya dari penis gue , dan mengerang menikmati sensasi erotis itu , namun tangannya masih menggengam penis gue. “aaaahhhhhh………..” ternyata nina telah orgasme , dan dia kelihatan semakin cantik dibuatnya , semakin membaut nafsu , apalagi genggamannya kian erat di penis gue , sejenak merasakan orgasme , nina lalu mengangkat kepala poppy , dan mereka kembali berciuman dengan panasnya , lidah saling berpagutan dan berkait , saling menyapu dari mulut ke mulut , nina terus merintih dan mengerang sambil tangannya mengocok penis gue. Dan akhirnya gue pun sampai pada puncaknya , sperma gue kemudian menyembur membasahi poppy.
sebagian membasahi rambutnya , sebagian mendarat di wajahnya , namun banyaknya tersembur di dadanya.
poppy meratakan sperma yg membasahi dadanya ke seluruh tubuh , untuk kemudian ia membersihkan sisa sperma di penisku dengan menjilatinya.
nina mejilati wajah poppy , membersihkan sperma yg bersisa di wajah manis poppy , kedua gadis itu sempat berciuman kembali bberapa saat sampai kemudian nina melanjutkan sapuan lidahnya ke eluruh tubuh poppy. permainan berhenti beberapa saat , saat kita semua melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuh masing masing.
kini gue , poppy dan nina sudah benar benar telanjang bulat . dan permainan masih akan terus berlanjut saat nina dengan mantap berseru “TRUTH…OR DARE…?” ooo…..malam masih panjang………dan its gonna be night i will not forget ever…………..prikitiwwwwwwwwwww!!!!!!!!!

Cerita seru Akibat Film Porno

>Namaku Iwan (nama samaran). Aku itu sudah kuliah semester dua di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku tinggal masih bareng orangtua dan adikku yang masih SMP, Dina namanya (juga samaran). Orangtuaku dua-duanya kerja. Jadi rumah sering tinggal adikku dan aku saja, sama pembantu.

Pada waktu sore rumah sedang kosong, orangtua sedang pergi dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada. Adikku sedang pergi. Aku menyewa VCD BF XX dan X2. Aku senang sekali, karena tidak ada gangguan pas sedang nonton. Cerita X2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang seks antara adik dan kakak. Gila sekali deh adegannya. Kupikir kok bisa ya. Eh, aku berani tidak ya melakukan itu sama adikku yang masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali, kalau di film ini mah sudah jago dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton plus mikir gimana caranya melakukan sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata adikku, si Dina sama temannya datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung kusimpan saja tuh VCD, terus kubukakan pintu. Dina sama temannya masuk. Eh, temannya manis juga loh.
"Dari mana lo?" tanyaku.
"Dari jalan dong. Emang kayak kakak, ngedekem mulu di rumah," jawabnya sambil manyun.
"Aku juga sering jalan tau, emang elo doang. Cuman sekarang lagi males," kataku.
"Oh iya, Kak. Kenalin nih temenku, namanya Anti, temen sekelasku," katanya.
Akhirnya aku kenalan sama itu anak. Tiba-tiba si Dina tanya, "lihat VCD Boyzone aku tidak?"
"Tau, cari saja di laci," kataku.
Eh, dia membuka tempat aku menaruh VCD BF. Aku langsung gelagapan.
"Eh, bukan di situ.." kataku panik.
"Kali saja ada," katanya.
Telat. Belum sempat kutahan dia sudah melihat VCD XX yang covernya lumayan hot itu, kalau yang X2 sih tidak pakai gambar.
"Idih.. Kak. Kok nonton film kayak begini?" katanya sambil memandang jijik ke VCD itu.
Temannya sih senyam-senyum saja.
"Enggak kok, aku tadi dititipin sama temanku," jawabku bohong.
"Bohong banget. Ngapain juga kalo dititipin nyasar sampe di laci ini," katanya.
"Kak, ini film jorok kan? Nnngg.. kayak apa sih?" tanyanya lagi.

Aku tertawa saja dalam hati. Tadi jijik, kok sekarang malah penasaran.
"Elo mao nonton juga?" tanyaku.
"Mmm.. jijik sih.. tapi.. penasaran Kak.." katanya sambil malu-malu.
"Anti, elo mao nonton juga tidak?" tanyanya ke temannya.
"Aku mah asyik saja. Lagian aku udah pernah kok nonton film kayak begitu," jawab temannya.
"Gimana.. jadi tidak? keburu mama sama papa pulang nih," desakku.
"Ayo deh. Tapi kalo aku jijik, dimatiin ya?" katanya.
"Enak saja lo, elo kabur saja ke kamar," jawabku.

Lalu VCD itu aku nyalakan. Jreng.. dimulailah film tersebut. Aku nontonnya sambil sesekali memandangi adikku dan temannya. Si Anti sih kelihatannya tenang nontonnya, sudah "expert" kali ya? Kalau adikku kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti begitu. Dia kelihatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap. Mana itu rudal besarnya minta ampun. "Ih, jijik banget.." kata Dina. Pas adegan ML sepertinya si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
"Yee, malah kabur," kata Anti.
"Elo masih mao nonton tidak?" tanyaku ke si Anti.
"Ya, terus saja," jawabnya.
Wah, boleh juga nih anak. Sepertinya, bisa nih aku main sama dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok, tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku duduknya mendekat sama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu kucoba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia tidak berusaha melepas tangannya dari tanganku. Kesempatan besar, pikirku. Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Sepertinya dia menikmati begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku jadi ingin nekat. Waktu dia masih merem, kudekati bibirku ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kami. Karena mungkin memang sudah jago, si Anti malah mengajak French Kiss. Lidah dia masuk ke mulutku dan bermain-main di dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku berusaha masukkan tanganku ke balik bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran dadanya tidak begitu besar, tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti itu tidak besar tapi tidak kurus, dan tubuhnya itu putih.

Begitu ketemu buah dadanya, langsung kupegang dan kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. "Baju elo gue buka ya?" tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke atas. Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana panjang yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja bra-nya. Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung kujilati payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani. Tapi kalau sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. "Bilang sama Dina ya.. sorry," kata Anti. "Tidak apa-apa kok," jawabku. Akhirnya dia pulang.

Aku ketuk kamarnya Dina. Aku ingin menjelaskan. Eh, dianya diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku tidur saja, dan ternyata aku ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak bisa tidur lagi, aku keluar kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan TV ternyata adikku lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kataku dalam hati. Gara-gara melihat dia tidur dengan agak "terbuka" tiba-tiba aku jadi keingat sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya tentang hubungan seks antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin nafsu. Tapi aku takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau dia bangun bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan kemaluannya terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Kucoba sentuh, hmm.. halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya. Tiba-tiba dia menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu terbuka. Kurapikan lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.

Sampai di kamar dia, it's show time, pikirku. Kutiduri dia di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak pakai bra. Wah, payah juga nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun bagaimana. Begitu bajunya terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil buah dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya, hmm.. nikmat! Buah dada dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun! "Kak.. ngapain lo!" teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, "Ngg.. ngg.. tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?" jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku yang agak keras tadi. Dia menangis.
"Sorry ya Din, gue salah, habis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake bra lagi," kataku.
"Jangan bilang sama mama dan papa ya, please.." kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya kutinggali dia. Aduh, aku takut nanti dia ngadu.

Sejak saat itu aku kalau ketemu dia suka canggung. Kalau ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih penasaran. Aku masih ingin mencoba lagi untuk "ngegituin" Dina. Sampai pada suatu hari, adikku sedang sendiri di kamar. Aku coba masuk,
"Din, lagi ngapain elo," aku mencoba untuk beramah-tamah.
"Lagi dengerin kaset," jawabnya.
"Yang waktu itu, elo masih marah ya.." tanyaku.
".." dia diam saja.
"Sebenernya gue.. gue.. pengen nyoba lagi.." gila ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong sesuatu langsung aku dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.
"MmhHPp.. Kakk.. mmHPh.." dia seperti mau ngomong sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan mengikuti permainanku untuk ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba meraba-raba dadanya dari luar. Pertama merasakan payudaranya diraba, dia menepis tanganku. Tapi aku terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba payudaranya, aku mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan sambil mengusap dan mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara adikku itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan payudara yang besar. Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah, "Sshh.. sshh.. ahh, enak, Kak.." Setelah kuhisap, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku dan aku keluarkan "adik"-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia agak kaget. Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas "punya"-ku masih kecil. Sekarang kan sudah besar dong.

Aku tanya sama dia, "Berani untuk ngisep punya gue tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi 69."
"69.. apa'an tuh?" tanyanya.
"Posisi dimana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan," jelasku.
"Ooo.."
Langsung aku membuka celana dia dan CD-nya. Kami langsung mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan terlihatlah klitorisnya seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika kusentuh pakai lidah, dia mengerang,
"Ahh.. Kakak nyentuh apanya sih kok enak banget.." tanyanya.
"Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gue dong. Masa elo doang yang enak," kataku.
"Iya Kak, habis takut dan geli sih.." jawabnya.
"Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin saja keenakan elo," kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung menjilat punyaku. Dia menjilati kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhh, enak benar. Terus dia mulai menjilati seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan punyaku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Oohh.. gila benar. Dia ternyata berbakat. Hisapannya membuatku jadi hampir keluar.

"Stop.. eh, Din, stop dulu," kataku.
"Lho kenapa?" tanyanya.
"Tahan dulu entar aku keluar," jawabku.
"Lho emang kenapa kalau keluar?" tanyanya lagi.
"Entar game over," kataku.
Ternyata adikku memang belum mengerti masalah seks. Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah keluar tidak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami sudah tidak 69 lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan menghisapi kemaluannya dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan mengerang.
"Kak Iwan.. terus Kak.. di situ.. iya di situ.. oohh.. sshh.."

Aku terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku sudah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya sama adikku,
"Elo berani ML tidak?"
".." dia diam.
"Gue pengen ML, tapi terserah elo.. gue tidak maksa," kataku.
"Sebenerya gue takut. Tapi sudah kepalang tanggung nih.. gue lagi 'on air'," kata dia.
"OK.. jadi elo mau ya?" tanyaku lagi.
".." dia diam lagi.
"Ya udah deh, kayanya elo mau," kataku.
"Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali," kataku.
".." dia diam saja sambil menatap kosong ke langit-langit.

Kubuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kelihatan bibir kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu aku sentuhkan kepala "anu"-ku ke liang kemaluannya, Dina menarik nafas panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. "Tahan ya Din.." Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku, dan.. "Bleess.." masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,
"Akhh sakit Kak.."
"Tahan ya Din.." kataku.
Aku terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
"Ahh.. Kak.. sakit Kak.. ahh.."
Setelah masuk, langsung kugoyang maju-mundur, keluar masuk liang kemaluannya.
"Ssshh.. sakitt Kak.. ahh.. enak.. Kak, teruss.. goyang Kak.."
Dia jadi mengerang tidak karuan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi "dog style". Dina kusuruh menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang. Setelah masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan "dog style" itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.

"Ahh.. ahha.. aku lemess banget.. Kak," rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi kuteruskan saja. Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi belahan pahanya. Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia sudah kecapaian.
"Kak, udah dong! Gue udah lemes.." pintanya.
"Sebentar lagi ya.." jawabku.
Tapi setelah beberapa menit kugenjot, eh, dianya segar lagi.
"Kak, yang agak cepet lagi dong.." katanya.
Kupercepat dorongan dan genjotanku.
"Ya.. kayak gitu dong.. sshh.. ahh.. uhuuh," desahannya makin maut saja.
Sambil menggenjot, tanganku meraba-raba dan meremas payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau meledak, ternyata aku mau orgasme. "Ahh, Din aku mau keluar.. ahh.." Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di dalam. Karena masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum pil KB saja supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.

Setelah orgasme bareng itu kucium bibirnya sebentar. Setelah itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku dengsr dia lagi merintih sambil menangis.
"Kak, gimana nih. Punyaku berdarah banyak," tangisnya.
Kulihat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan kemaluannya agak sedikit melebar. Aku kaget melihatnya. Gimana nih jadinya?
"Kak, aku udah tidak perawan lagi ya?" tanyanya.
".." aku diam saja.
Habis mau jawab apa. Gila! aku sudah merenggut keperawanan adikku sendiri.
"Kak, punyaku tidak apa-apakan?" tanyanya lagi.
"Berdarah begini wajar untuk pertama kali," kataku.
Tiba-tiba, gara-gara melihat dia tidak pakai CD dan memperlihatkan kemaluannya yang agak melebar itu ke aku, anu-ku "On" lagi!