Saturday 12 September 2009

abg ngseks rame rame bareng bareng di villa puncak

Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai untuk menyimpani
barang-barang. Mulanya aku atur biar aku sama Vivie sekamar, Ricky
sama Alf di kamar lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan
ngomong kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku kaget juga, nekad juga
ini anak. Tapi aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa tidur bareng Si
Ricky kalau tidak di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih,
tapi kan asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung jauhdari
bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, akhirnya
aku setuju, satu kamar buat Alf dan Vivie, satu kamar lagi buat Ricky
sama aku.

Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam, kami bakar jagung
di halaman. Asik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku lagi.
Wah, benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku mulai mikir yang
macam-macam, tapi malu kan kalau ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku
tetap diam pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya memperhatikan
aku, dan dia nyengir ke aku, terus gilanya lagi, dia ngomong gini,
"Wah.. sepertinya suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak
enak kalau dilewatin gitu saja ya." Aku sudah melotot ke arah dia,
tapi dia malah nyengir-nyengir saja, malah dia tambahin lagi
omongannya yang gila benar itu, "Alf, kayaknya di sini terlalu ramai,
kita jalan-jalan yuk!" Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga
samanya, dia setuju sama ajakan Si Vivie, dan sebelum pergi di
ngomong sama Ricky, "Nah, sekarang elu harus belajar bagaimana
caranya nahan diri kalau elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si
Selvie." Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak gitu.

Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan malahan masuk
ke villa. Aku jadi tidak tahu harus ngapain, aku cuma diam, semoga
saja Ricky punya bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya
ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar bingung. Apa aku
harus tetap begini atau nyari-nyari bahan omongan. Akhirnya aku tidak
tahan, baru saja aku mau ngomong, eh.. Si Ricky mulai buka mulut,
"Eh.. kamu tidak dingin?" Duer.. Aku kaget benar, tidak jadi deh aku
mau ngomong, sebenernya aku memang mau ngomong kalau di sini itu
dingin dan aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak
sadar malah aku geleng-geleng kepala. Ricky ngomong lagi, "Kalau
tidak dingin, mau dong kamu temenin aku di sini, lihat bulan dan
bintang, dan.. bintang jatuh itu lihat..!" Ricky tiba-tiba teriak
sambil menunjuk ke langit. Akukontan berdiri kaget sekali, bukan sama
bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si Ricky, aduh.. malu benar
jadinya. Ricky ikutan berdiri, dia rangkul aku dari belakang, "Sorry,
aku tidak punya maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa lihat
bintang jatuh bareng kamu."Aku cuma bisa diam, tidak biasanya Ricky
segini warm-nya sama aku. Dia malah tidak pernah peluk aku seerat ini
biasanya. Aku tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Ricky ke
dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu masuk ke villa
kami disambut sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami
lari ke atas melihat ada apa di atas. Ricky sampai duluan ke lantai
atas, dan di nyengir, terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku masih
penasaran, memang ada apa di atas. Waktu aku mau ketuk pintu kamar
Vivie, tiba-tiba ada teriakan lembut, "Aw.. ah.. pelan-pelan donk!"
Gila aku kaget setengah mati, tapi tanganku sudahkeburu ngetuk pintu.
Terus kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak di dalam. Pintu dibuka
sedikit, Alf nongol sambil nyengir, "Sorry, ngeganggu kalian ya?
tidak ada apa-apa kok kami cuma.."Aku dorong pintunya sedikit, dan
aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi badannya pakai selimut. Dia
nyengir, tapi mukanya merah benar, malu kali ya. Aku langsung
nyengir, "Ya sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."

Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, "Siapa coba yang tidak
bisa nahan diri, hehehe." Tiba-tiba ada sandal melayang ke arah
Ricky, tapi dia langsung ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari
ke bawah. Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami berdua
duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di radio. Tidak lama
kedengaran lagi suara-suara dari atas.Aku tidak tahan dan langsung
nunduk menahan ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan
juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas kepergok sama kami
berdua. Eh, di luar dugaan aku, Ricky bediri dan mengajakku slow-
dance, kebetulan lagu di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian.
Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Ricky ngomong, dan
bagaimana aku akhirnya menerima dia setelah tiga bulan dia terus
nunggui aku. Ricky memang baik, dan dia benar-benar setia
menungguiku.

Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka berdua ketiduran,
aku tidur dimana? memang tidur sama barang-barang? " aku malu sekali,
bagaimana ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita.. kita tidur
berdua." Wah lega sekali waktu omongan itu sudah keluar. Tapiaku
takut juga, bagaimana ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia malah
nyengir, "Oke deh kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga sudah
ngantuk sih, aku tidur sekarang ya." Aku jadi salah tingkah, Ricky
naik ke lantai atas dan tidak sengaja aku panggil dia, "Eh.. tunggu!"
Ricky berbalik, dia nyengir, "Oke.. oke.. ayo naik, tidak bagus anak
cewek sendirian malam-malam gini." Aku sedikit canggung juga sih,
baru kali ini aku tidur seranjang sama cowok, tapi lama-lama hilang
juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur.
Dari kamar sebelah masih kedengaran suara Vivie yang mendesah dan
menjerit, dan sepertinya itu juga yang bikin Ricky terangsang. Dia
mulai berani remas-remas jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan
cowokku. Tapi aku kaget sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu
apa yang bakal dia lakukan, bibirku sudah dilumatnya. Aku mau nolak,
tapi kayaknya badan malah kepingin. So, aku biarkan dia cium aku,
terus aku balas ciumannya yang semakin lama semakin buas.

Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, aku
merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku. Aku
tahu itu Ricky, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main sebentar
di sana. Ricky makin berani, dia angkat badanku dan diduduki di
pinggir ranjang. Dia cium aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian
tidurku. Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, tapi
badanku kayaknya sudah kebelet ingin mencoba, kayak apa sih nge-sex
itu. Akhirnya tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku, dia
juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma menyisakan celana
dalam putihnya. Aku lihat penisnya yang membayang di balik celana
dalamnya, tapi aku malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat
badannya yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang benar-
benar rajin.

Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Ricky, soalnya aku tahu
sendiri bagaimana staminanya waktu dia main bola. 2x45 menit dia
lari, dan dia selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang bagaimana
aksinya di ranjang, jangan-jangan aku harus menerima kocokannya2x45
menit. Gila, kalau gitu sih aku bisa pingsan.

Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku, aku baru sadar
kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku
malu setengah mati, mana Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah
pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma diam, merem siap
menerima apa saja yang bakal dia lakukan. Tiba-tiba remasan itu
berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus
berhenti di putingku. Aku melek sebentar, Ricky asik menjilati
putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aku makin malu, mana ini
baru pertama kali aku telanjang di depan cowok, apalagi dia bukan
adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.

Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya permainan lidah
Ricky di dadaku, aku mulai berani buka mata sambil melihat bagaimana
Ricky menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan
sesuatu yang menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku
tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku
bulat-bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang sudah basah
sekali. Dia masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras
sebelum akhirnya dia pindah ke selangkanganku.

Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat
pelan-pelan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, dan waktu
lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi,
dan tanganku tidak sengaja menyenggol gelas di meja dekat ranjangku.
Lalu "Prang.." gelas akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, kayaknya
dia mau memberesi pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena
aku sudah larut dalam nafsu, aku malah pegang tangannya terus aku
menggeleng, "Barkan saja, nanti aku beresin. Lanjutin.. please.."
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya bibirku dan dia
melanjutkan permainannya di selangkanganku. Ricky benar-benar jago
mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus
di mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti
kesetrum tidak tahan, tapi Ricky malah terus-terusan melintir-
melintiri "kacang"-ku itu. "Euh.. ah.. ah.. ach.. aw.." aku sudah
tidak tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua
serasa mutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang baru lari
marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada
lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari selangkanganku, ke
pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku kejang-kejang tanpa bisa aku
kendalikan.

Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang, aku buka mata,
Ricky sudah buka celana dalamnya, dan penisnya yang hampir maksimal
langsung berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai
tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Aku tahu dia mau
di-"karoake" -in, ada rasa jijik juga sih, tapi tidak adil dong, dia
sudah muasin aku, masaaku tolak keinginannya. So aku buka mulutku,
aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku ketagihan.
Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Ricky duduk di
ranjang, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Aku duduk di ranjang,
terus aku bungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya
lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku menahan badanku biar
tidak jatuh dan mulutku mulai bekerja.

Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya, aku
hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku, ternyata tidak
masuk, kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada
sisa beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun
sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan
kiriku. Ricky sepertiya puas juga sama permainanku, dia mrlihati
bagaimana aku meng-"karaoke" -in dia sambil sesekali membuka mulut
sambil sedikit berdesah. Sekitar 5 menit akhirnya Ricky tidak tahan,
dia berdiridan mendorong badanku ke ranjang sampai aku terlentang,
dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya sekali lagi vaginaku yang
sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke
ukuran maksimal. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak
langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir
vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong penisnya ke dalam.
Seperti ada sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek
dindingnya yang sudah dibasahi lendir.

Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis Ricky yang masuk.
Dia tidak memaksa, dia cuma mengocok-ngocok penisnya di situ-situ
juga. Aku mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana penisnya
menggosok-gosok dinding vaginaku, benar-benar nikmat. Waktu aku asik
merem-melek, tiba-tiba penis Ricky maksa masuk terus melesak ke dalam
vaginaku. "Aw.. ah.." vaginaku perih bukan main dan aku teriak
menahan sakit. Ricky masih menghentak dua atau tiga kali lagi sebelum
akhirnya seluruh penisnya masuk merobek selaput daraku. "Stt.. tahan
sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang." Ricky membelai rambutku. Di
balik senyum nafsunya aku tahu ada rasa iba juga, karena itu aku
bertekad menahan rasa sakit itu, aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-
apa.. aku tidak apa-apa. Terusin saja.. ah.."

Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-
gesek vaginaku, mula-mula lambat terus makin lama makin cepat. Rasa
sakit dan perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar biasa
setiap kali Ricky menusukkan penisnya dan menarik penisnya. Ricky
makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah
merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir
dari dalam vaginaku. "Tidak lama lagi.. tidak bakalan lama lagi.."
Ricky ngomong di balik nafasnya yang sudah tidak karuan sambil terus
mengocok vagina aku. "Aku juga.. ah.. oh.. sebentar lagi.. ah.. aw..
juga.." aku ngomong tidak jelas sekali, tapi maksudnya aku mau
ngomong kalau aku juga sudah hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky
mencabut penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku sendiri
sudah lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi secara naluri aku angkat
pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit.
Tanganku menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-siap
ditusukdari belakang.

Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang,
terus dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Ricky tidak
terlalu keras, tapi makin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan
badanku biar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Ricky meremas-remas
dadaku dari belakang, terus jarinya menggosok-gosok puting susuku,
bikin aku seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang. Ricky
kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya
ke anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk, tapi tidak
semuanya bisa masuk. Ricky sepertinya tidak peduli, dia mengocok
anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang
meremas dadaku, tangan kanannya sibuk main-main di selangkanganku,
dia masukkan jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya menggosoki
klitorisku.

Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-
gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir , terus
vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-benar
tidak kuat lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku merasakan Ricky juga
sampai klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari
penis Ricky. Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas semua. Aku lihat
Ricky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku. Badannya basah karena
keringat terus, kupegang badanku, ternyata aku juga basah keringatan.
Benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Tidak tahu berapa lama aku
ketiduran, waktu akhirnya aku bangun. Aku lihat arloji, sudah jam 2
subuh. Leherku kering, tapi waktu aku mau minum, aku ingat gelas di
kamarku sudah pecah gara-gara kesenggol. Aku lihat ke lantai, banyak
pecahan kaca, terus aku ambil sapu, aku sapu dulu ke pinggir tembok.
Aku turun ke bawah, maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aku masih
telanjang sih, tapi aku cuek saja. Aku pikir si Alf pasti masih tidur
soalnya dia pasti capai juga olah raga malam bareng Si Vivie.

Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya
Vivie lumayan mewah, ada kulkas dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus
sambil jalan aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku cuma
mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Tidak tahu
kenapa, tapi aku akhirnya ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget
setengah mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari tangga
langsung menuju kulkas, kayaknya mau minum juga.

Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa, tapi aku telat Si Alf
sudah membalik duluan dan dia melongo melihat aku telanjang di
depannya. Dia masih melihatiku waktu aku menutupi selangkanganku
pakai tangan, tapi aku sadar sekarang dadaku kelihatan, makanya
tanganku pindah lagi ke dada, terus pindah lagi ke bawah, aku benar-
benar bingung harus bagaimana, aku malu setengah mati.

Alf akhirnya berbalik,
"Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi.. jadi.."
"Tidak apa-apa, ini salahku."
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi badanku yang telanjang
polos, waktu akhirnya aku juga sadar kalau Alf juga telanjang.
Sepertinya dia pikir aku masih di kamar sama Si Ricky, makanya dia
cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat untuk malu, toh
Alf sudah melihatku dari atas sampai ke bawah polos tanpa sehelai
benangpun, apalagi aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek
saja lah. "Kamu sudah boleh balik, aku tidak apa-apa." Aku mengambil
remot TV terus menyalakan TV. Aku setel VCD, aku pikir bagus juga aku
rileks sebentar sambil nonton TV. Alf juga sepertinya sudah cuek, dia
berbalik tapi tidak lagi melongo melihatiku telanjang, dia duduk
sambil ikut nonton TV.

Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah tanggung, aku tonton
saja, peduli amat apa kata Si Alf, yang penting aku bisa istirahat
sambil nonton TV.
"Bagaimana semalem?" aku buka percakapan dengan Alf.
Dia berbalik, "Hebat, Vivie benar-benar hebat."
Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, "Ricky juga hebat, aku hampir pingsan dibikinnya."
Alf nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali menengok TV.
Kayaknya tidak mungkin ada cowok yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-
apa sama cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film BF.
Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf selalu nyasar ke bawah, ka dadaku
yang memang lumayan menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi memang
dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih seksi dari kepunyaan
Vivie, itu sebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati dadaku kalau
ada kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa maluku, dan
sekilas kulihat penis Alf yang mulai tegang. Aku nyengir dan
sepertinya Alf tahu apa yang aku pikirkan.

Dia pegang tanganku, "Boleh aku pegang, itu juga kalau kamu tidak
keberatan." Wah berani juga dia, aku jadi sedikit tersanjung, terus
aku mengangguk. Alf pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan tangannya
mulai remas-remas dadaku. Mula-mula dia sedikit ragu-ragu, tapi
begitu tahu kalau aku tidak nolak dia mulai berani dan makin lama
makin berani, dan jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku
mulai merem-melek sambil memutar badanku. Sekarang aku duduk di paha
Alf berhadap-hadapan. Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya
langsung beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu, aku mulai mengocok
penisnya pakai tanganku dan sepertinya Alf juga puas dengan
permainanku. Aku mulai terbawa nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa
yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.

Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar
di atas ada Vivie sama Ricky, tapi tebakanku keliru. Dia malah
menggendongku ke luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana
kalau ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi begitu Alf buka
pintu luar, aku melihat di seberang villa, sepasang cowok-cewek lagi
sibuk nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak.
Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang nge-sex di
sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini memang tempatnya orang-
orang nge-sex. "Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Alf nyengir sambil
menggendongku. Aku ikutan nyengir, "Siapa takut?" terus Alf
meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih membasahi
rumput, punggungku dingin dan basah tapi dadaku lebih basah lagi sama
liurnya Si Alf. Udara di luar itu benar-benar dingin, sudah di
pegunungan, subuh-subuh lagi. Wah tidak terbayang bagaimana dinginnya
deh. Tapi lama-lama rasa dingin itu hilang, aku malah makin panas dan
nafsu, apalagi Alf jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup aku
mendengarkan suara cewek dari villa seberang yang sudah tidak karuan
dan tidak ada iramanya. Aku makin nafsu lagi mendengarnya, tapi Alf
sepertinya lebih nafsu lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang
seolah bakal nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.

Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan akhirnya dia pegang penisnya
minta aku meng-"karaokei" -in itu penis yang besarnya lumayan juga.
Gara-gara tadi malam aku sudah mencoba meng-"karaokei" -in penis
Ricky, sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi senang juga meng-
"karaoke"-in penis, apalagi kalau besarnya lumayan seperti punya Si
Alf. Makanya tidak usah disuruh dua kali, langsung saja aku caplok
itu penis. Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku, aku
hisap itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi ungu sekali. Terus
kujilati mulai dari kepalanya sampai batang dan pelirnya juga tidak
ketinggalan.

Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah sana. Sesekali dia
buka mulut sambil berdesah menahan nikmat. Aku belum puas juga,
kukocok batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap kepalanya
sambil kujilati pelan-pelan. Alf merem-melek juga dan tidak lama dia
sudah tidak tahan lagi, sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-
cepat melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak mau
selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot meng-"karaoke" -in
penisnya lagi.

Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh aku
terlentang sambil mengangkang. Aku menurut saja, aku tahu Alf jago
mainkan lidahnya, makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati
bibir vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku
sudah dibikin merem-melek gara-gara lidahnya yang jago sekali itu.
Sepertinya habis semua bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari
bibirnya, klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam,
sampai anusku juga tidak ketinggalan dia jilati.

Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang sudah selesai main,
soalnya sudah tidak kedengaran lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke
sana, aku kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke" -in cowok, tapi bukan
cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex sama dia lagimembersihkan
penisnya, mungkin dia sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-
"karaoke"-in cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila juga
itu cewek nge-sex sama dua cowok sekaligus. Tapi aku tarik lagi
omonganku, soalnya aku ingat-ingat, aku juga sama saja sama dia. Baru
selesai sama Ricky, sekarang sama Alf. Wah ternyata aku juga sama
gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-melek lagi waktu Alf
mulai melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya.

Alf benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai pusing, aku lihat
bintang di langit jadi tambah banyak dan kayaknya mutar-mutar di
kepalaku. Aku benar-benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam
setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin aku gila. "Ah..
ah.. Alf.. Ah.. berhenti dulu Alf.. Ah.. Ah.. Shh.." aku tidak tahan
sama puncak nafsuku sendiri. Tapi Alf malah terus-terusan melintir-
melintir klitorisku. Aku benar-benar tidak tahan lagi, aku kejang-
kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya benar-benar enak sekali,
beberapa menit lewat, semua badanku masih lemas, tapi aku tahu ini
belum selesai.

Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek, makanya aku paksakan duduk
dan mulai menungging di depan Alf. Alf sendiri sepertinya memang
sudah tidak tahan ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu lama
lagi, langsung dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa
sakit tapi tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf
tidak menunggu lama lagi, dia langsung mengocok vaginaku dan
tangannya tidak diam, langsung disambarnya dadaku yang makin ranum
karena aku menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir
putingnya. Aku tidak tahan digituin, apalagi badanku masih lemas,
tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan waktu Alf
menyodokkan penisnya saja sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi
Alf masih terus mengocokku, dari belakang.

"Ah.. euh.. ah.. aw.." aku cuma bisa mendesah setiap kali Alf
menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku coba mengangkat badanku tapi
aku tidak kuat, akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku ambruk
seperti gitu. Alf memutarkan badanku, terus disodoknya lagi vaginaku
dari depan. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf
menyodokkan penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek,
klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-
melek keenakan.

Alf memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu kanannya, terus
dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam
saja, tidak bisa menolak, posisi apa yang dia ingin terserah,
pokoknya aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak tahan ingin
langsung dikocok. Ternyata keinginanku terkabul, Alf menyodokku lagi,
kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku
terbuka lebih lebar dan Alf makin leluasa mengocok-ngocokkan
penisnya. Vaginaku diaduk-aduk dan aku bahkan sudah tidak bisa lagi
berdesah, aku cuma bisa buka mulut tapi tidak ada suara yang keluar.

"Aku mau keluar, aku mau keluar.." Alf membisikkan sambil ngos-ngosan
dan masih terus mengocokku.
"Jangan di.. jangan di dalam. Ah.. ah.. oh.. aku.. aku tidak mau..
hamil."
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud aku ngomong gitu, aku
tidak tahu apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah usaha,
itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidaktahu apa Alf ngerti apa
yang aku omongin, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.

Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya, kakiku langsung
ambruk ke tanah. Alf mengangkang di perutku, dan dia selipkan
penisnya ke sela-sela dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku
sudah dipuncak nafsu. Kujepit penisnya pakai dadaku, dan Alf mengocok-
ngocok seolah masih di dalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke
muka dan sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi, kulepaskan
tanganku dari dadaku, maninya mengalir ke leherku, dan mani yang di
pipiku mengalir ke mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku,
aku terlalu lemas. Aku biarkan saja maninya masuk dan aku telan saja
sekalian.

Belum habis lemasku, Alf sudah menempelkan penisnya ke bibirku. Aku
memaksakan menjilati penisnya sampai bersih terus aku telan sisa
maninya. Alf menggendongku ke dalam, terus dia membaringkanku di
sofa. Aku lemas sekali makanya aku tidak ingat lagi apa yang terjadi
selanjutnya. Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku
buka mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku memaksakan duduk, dan
aku kaget kenapa aku ada di kamar Vivie. Terus yang bikin aku lebih
kaget lagi, aku lihat sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di
kananku Ricky juga masih tidur. Mereka berdua juga masih telanjang
seperti aku.

Belum habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi di kamarku, dia
lagi mengeringkan rambutnya dan sama-sama masih telanjang. Baru
akhirnya aku tahu kalau semalam Vivie bangun dan melihat aku lagi nge-
sex sama Alf. dia sih tidak marah, soalnya yang penting buat dia Alf
cinta sama dia, soal Alf memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah
buat dia. Ternyata Vivie melihat dari jendela bagaimana aku sama Alf
nge-sex dan Ricky yang juga bangun subuh-subuh kaget melihat aku lagi
nge-sex sama Alf. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa benar
aku lagi nge-sex sama Alf, tapi dia sempat menengok ke kamar sebelah
dan melihat Vivie yang lagi nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela.
Ricky langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan mengajak Vivie
nge-sex juga. Singkat cerita mereka akhirnya nge-sex juga di kamar.
Dan waktu aku sama Alf selesai, Alf menggendongku ke atas dan melihat
Ricky sama Vivie baru saja selesai nge-sex. Makanya kami berempat
akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.

Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin dekat. Nanti malam
juga kami bakalan nge-sexlagi berempat, tidak masalah buat aku Ricky
atau Alf yang jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak masalah
siapa yang muasin aku.

Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami nge-sex berempat
bareng-bareng. Asik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu.
Ricky masih tetap oke walaupun dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku
masih kewalahan menghadapi penisnya yang memang gila itu. Alf juga
tidak kalah, biarkan dia masih ngos-ngosan waktu selesai ngocok aku,
dia langsung sambar Vivie yang juga baru selesai sama Ricky. Terus
kami nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas. Aku puas sekali,
soalnya baru kali ini aku dipuasi dua cowok sekaligus tanpa jeda.
Baru saja selesai satu, yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya
ke vaginaku. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aku.

Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan nge-sex lagi,
soalnya sudah capai sekali dua hari gituan melulu. Makanya Ricky sama
Alf langsung menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih pasti
main bola lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie menghabiskan
waktunya di villa, kayaknya dia capai sekali, hampir seharian dia di
kamar. Aku jadi bosan sendirian, makanya aku putuskan aku mau jalan-
jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil. Akurencana mau
menghabiskan hari ini berendam di sana, biar badanku segar lagi dan
siap tempur lagi. Aku tidak langsung ke air terjun, aku jalan-jalan
dulu mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan villanya keren-
keren. Ada yang mirip kastil segala. Sepanjang jalan aku ketemu
lumayan banyak orang, rata-rata sih orang-orang yang memang lagi
menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir semua orang yang
ketemu melihati aku. Dari mulai cowok keren yang adadi halaman
villanya, om-om genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat sampai
tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku sih cuma nyengir saja
membalas mata-mata keranjang mereka.

Tidak aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya aku memang pakai
baju pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Vivie yang kesempitan
soalnya kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Ricky. Aku malas mencari
dia, makanya aku pakai saja kaos Si Vivie yang ada di meja setrika.
Itu juga aku tidak pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di
aku. memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan putingnya
kelihatan dari balik kaos sempit itu, tapi aku cuek saja, siapa yang
malu, ini kan kawasan villa buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong.

Oh ya aku jadi lupa, bawahan aku lebih gila lagi. Aku tidak tega
membangunkan Vivie cuma untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja
ada Samping Bali pengasih Ricky bulan lalu, ya aku pakai saja. Aku
ikat di kananku, tapi tiap kali aku melangkah, paha kananku jadi
terbuka, ya cuek saja lah. Apa salahnya sih memarkan apa yang bagus
yang aku punya, benar tidak?

Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku jalan-jalan
mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah dan dadaku
makin jelas kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah basah
benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga sih segar, tapi lama-
lama makin susah jalannya, soalnya Samping aku jadi sering keinjak.
Aku jadi ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali airnya, dan
waktu aku menemui tempat yang enak, aku siap-siap berendam, aku lepas
sandalku. Tapi waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada tangan
yang memegang bahuku, aku berbalik ternyata seorang cowok menodongi
pisau lipat ke leherku. Aku kaget camput takut, tapi secara naluri
aku diam saja, salah-salah leherku nanti digoroknya.

"Mau.. mau apa lo ke gue?" aku tanya ke orang yang lagi nodong pisau
ke aku. Aku tidak berani lihat mukanya, soalnya aku takut sekali.
Ternyata cowok itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik
batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aku dari tadi. Temannya itu
langsung buka baju dan celana jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau
memperkosa aku. Ternyata tebakanku benar, orang yang menodongi pisau
bicara, "Sekarang lo buka semua baju lo, cepet sebelum kesabaran gue
habis!" Aku jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang
akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan begitu mereka selesai
perkosa aku, aku dibunuh. Makanya aku beranikan diri ngomong kalau
aku tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh aku.

"Oke.. oke, aku buka baju. Kalem saja, aku tidak masalah muasin elu
berdua, tapi tidak usah pakai nodong segala dong." Aku berusaha
ngomong, padahal aku lagi takut setengah mati. Orang yang nodongin
pisau malah membentak aku, "Goblok, mana ada cewek mau diperkosa, elu
jangan macem-macem ya!" Aku makin takut, tapi otakku langsung
bekerja, "Santai dong, emangnya gue berani pakai baju ginian kalau
gue tidak siap diperkosa orang? Lagian apa gue bisa lari pakai
samping kayak ginian?" Kedua orang itu melihati aku, terus akhirnya
pisau itu dilipat lagi. Aku lega setengah mati, tapi ini belum
selesai, aku masih harus puasin mereka dulu.

Aku mulai buka Samping-ku, "Maunya bagaimana, berdua sekaligus atau
satu-satu?" Orang yang tadi nodongin pisau melihat ke orang yang
satunya, "Eloe dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood." Temannya
mengangguk-angguk dan langsung mencaplok bibirku. Aku lihat-lihat,
ganteng juga nih orang. Aku balas ciumannya, dia sepertinya mulai
lebih halus, pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-tahu aku sudah
ditiduri di atas batu yang lumayan besar. Dia tidak langsung main
sodok, dia lebih senang main-main sama dadaku, makanya aku jadi lebih
rileks, so aku bisa menikmati permainannya.

"Ah.. yeah.. ah.. siapa.. siapa nama loe?" aku tanya dibalik desahan-
desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, mirip sekali Si Alf, dia terus
membuka celana dalam birunya, dan penisnya yang sudah tegang sekali
langsung nongol seperti sudah tidak sabar ingin menyodokku. Tidak
usah disuruh, aku langsung jongkok, tanganku memegang batangnya dan
ternyata masih menyisa sekitar 5 - 7 senti. Aku jilat kepala penisnya
terus aku kulum-kulum penisnya. Dia mulai menikmati permainanku,
"Oke.. terus.. terus.. Yeah.." Ternyata ada juga cowok yang suka
berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aku berhenti sebentar,
"Belum dijawab?"
"Oh, sorry. Nama gue Jeff."
Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati penisnya yang aku
kulum dan kuhisap-hisap. Kulihat-lihat sepertinya aku kenal suaranya.
"Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin ng***** di
halaman villa?"
Jeff kaget juga waktu aku ngomong gitu.
"Memang elu tahu dari mana?"
Aku nyengir terus aku teruskan lagi menghisap penisnya yang sudah
basah sekali sama liurku.

Aku berhenti lagi sebentar, "Gue lihat elu. Gila lu ya! berdua
ng*****in cewek, keliatannya masih kecil lagi." Jeff nyengir, "Itu
adik kelas gue, dia baru 15 tahun, tapi bodinya oke sekali. Gue
ajakin ke sini, dan gue ***** bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya
suka digituin sama kami berdua." Aku tidak meneruskan lagi, aku
berhenti dan langsung cari posisi yang enak buat nungging. Jeff
mengerti maksudku, dia langsung menyodok penisnya ke vaginaku bareng
sama suara eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih pelan-
pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aku mulai merem-melek
dibikinnya. Terus dia cabut penisnya, aku digendong dan dia masukkan
penisnya lagi ke vaginaku. Terus dia mengocok aku sambil bediri,
seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry Maguire. Vaginaku
seperti ditusuk-tusuk keras sekali dan aku makin merem-melek
dibuatnya. Dan akhirnya aku tidak tahan lagi, aku kejang-kejang dan
aku menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku pusing. Aku hampir
saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-cepat memegangi pinggangku.

Aku lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba seorang sedang
mendekatiku, sepertinya sekarang dia nafsu sekali gara-gara
mendengarkan desahan-desahanku. Dia sudah telanjang dan penisnya
sudah tegang sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia sedikit kasar,
makanya aku tidak banyak cing-cong lagi, aku langsung maksakan bangun
dan jongkok meng-"karaoke" -in penisnya. Penisnya sih tidak besar-
besar sekali, tapi aku ngeri juga melihat otot-otot di sekitar paha
dan pantatnya. Jangan-jangan dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-
bisa vaginaku jebol.

Lama juga aku meng-"karaoke" -in penisnya, dan akhirnya dia suruh aku
berhenti. Aku menurut saja, dan langsung ambil posisi menungging. Aku
sudah pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku, tapi kali ini
tebakanku salah. Dia tidak masukkan penisnya ke vaginaku, tapi
langsung ke anusku. "Ah.. aduh.." anusku sakit soalnya sama sekali
tidak ada persiapan. Tapi rupanya Lex tidak peduli, dia tetap
maksakan penisnya masuk dan memang akhirnya masuk juga. Walaupun
penisnya kecil tapi kalau dipakai nyodok anus sih ya sakit juga.
Benar dugaan aku, dia kalau nyodok keras sekali terus tidak pakai
pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan tinggi. Aku cuma bisa
pasrah sambil menahan perih di anusku. Dadaku goyang-goyang tiap kali
dia menyodok anusku, dan sepertinya itu membuat dia makin nafsu. Dia
tambah kecepatan dan mulai meremas dadaku.

Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan keras, tapi dia
meremas dadaku halus sekali dan sesekali melintir-melintir putingnya.
Mendadak rasa sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan nikmatnya
permainan tangannya di dadaku. Belum habis aku nikmati dadaku diremas-
remas, tangan kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar
klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-pelintir . Rasa
sakit kocokannya sudah benar-benar hilang, sekarang aku cuma
merasakan nikmatnya seluruh tubuhku.

Aku mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku sampai ke puncak yang
kedua kalinya hari itu, dan bersamaan puncak kenikmatanku, aku
merasakan cairan hangat muncrat di anusku, aku tahu Lex juga sudah
sampai puncak dan aku sudah lemas sekali, akhirnya aku ambruk.
Mungkin aku kecapaian soalnya tiga hari ini aku terus-terusan
mengocok, tidak sama satu orang lagi, selalu berdua. Aku masih sempat
lihat Jeff menggendong aku sebelum akhirnya aku pingsan. Aku tidak
tahu aku dimana, tapi waktu aku bangun, aku kaget melihat Ricky lagi
mengocok cewek. Cewek itu sendiri sibuk mengulum-ngulum penisnya Alf.
Aku paksakan berdiri, dan waktu aku lihat di sofa sebelah, ada
pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff yang lagi sibuk mengocok
cewek dan aku lihat-lihat ternyata cewek itu Vivie. Vivie juga sibuk
mengulum-ngulum penis Lex. Aku jadi bingung, tapi aku tetap diam
sampai mereka selesai main.

No comments:

Post a Comment